Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang digunakan hampir oleh seluruh masyarakat Indonesia. BPS memperlihatkan data konsumsi minyak goreng di tingkat rumah tangga terus mengalami kenaikan sejak 2015-2021. Kenaikan konsumsi minyak goreng berbasis sawit itu sekitar 2,32 persen tiap tahun. Minyak goreng yang digunakan dalam rumah tangga maupun industri memiliki limbah berupa minyak jelantah. Minyak jelantah yang dibuang menyebabkan pencemaran lingkungan, penurunan kualitas air tanah, menyumbat pori-pori tanah, membuat tanah menjadi keras, dan mengurangi kesuburan tanah. Dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembuangan minyak jelantah secara sembarangan menjadi tantangan yang dihadapi masyarakat.
Metode inovasi diawali dengan keluhan masyarakat, di mana pencemaran karena minyak jelantah diikuti dengan minimnya proses pengolahan limbah minyak jelantah. Beberapa pengolahan limbah minyak jelantah, seperti mengolah minyak jelantah menjadi bahan baku pembuatan bahan bakar biodiesel, pembuatan lilin aroma terapi, dan pembuatan sabun cuci piring telah dilakukan.
Pengolahan minyak jelantah menjadi sabun sudah banyak dilakukan, namun proses pembuatannya masih dilakukan secara manual sehingga proses pembuatan menjadi tidak efektif. Muncullah ide inovasi untuk membuat mesin yang dapat membantu dalam pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun cuci piring. Dilanjutkan dengan pembuatan proposal sampai proses pembuatan prototipe mesin.
Diharapkan dengan dibuatnya inovasi mesin pengolah minyak jelantah menjadi sabun cuci piring, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam membantu proses pembuatan sabun cuci piring dari minyak jelantah, sehingga proses pembuatan dapat menjadi lebih cepat dan dapat menampung kapasitas minyak jelantah yang lebih banyak, dengan kualitas produk yang sama, serta mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat dengan adanya sabun yang dapat dikomersilkan.
Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang digunakan hampir oleh seluruh masyarakat Indonesia. Minyak goreng merupakan minyak yang dihasilkan dari lemak tumbuhan atau hewan yang telah dimurnikan, berbentuk cair pada suhu kamar, dan digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng berasal dari tanaman seperti kelapa sawit, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, dan kedelai. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa minyak goreng yang paling sering digunakan oleh rumah tangga di Indonesia adalah yang berbasis kelapa sawit. BPS memperlihatkan data konsumsi minyak goreng di tingkat rumah tangga terus mengalami kenaikan sejak 2015-2021. Kenaikan konsumsi minyak goreng berbasis sawit itu sekitar 2,32 persen tiap tahun.
Minyak goreng yang digunakan dalam rumah tangga maupun industri memiliki limbah berupa minyak jelantah. Hal ini berkaitan juga dengan adanya batas maksimal dari penggunaan minyak goreng yang tidak boleh lebih dari 2 kali. Pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan industri, restoran, dan usaha fast food menjadi beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya limbah minyak jelantah. Jika minyak jelantah dikonsumsi, maka dapat menimbulkan penyakit pada tubuh. Minyak jelantah yang dibuang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Minyak jelantah biasa dibuang langsung di saluran pembuangan air, bak cuci piring, bahkan ke tanah. Meski terbilang praktis, cara tersebut memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan. Minyak jelantah dapat menyebabkan penurunan kualitas air tanah, menyumbat pori-pori tanah, membuat tanah menjadi keras, dan mengurangi kesuburan tanah. Minyak jelantah yang dibuang langsung ke sungai atau laut akan mengapung di permukaan air dan menghalangi sinar matahari sehingga mengganggu proses fotosintesis tumbuhan dan menurunkan kadar oksigen yang dibutuhkan oleh biota air.
Dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembuangan minyak jelantah secara sembarangan menjadi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Beberapa langkah telah dilakukan untuk mengurangi limbah minyak jelantah, seperti mengolah minyak jelantah menjadi bahan baku untuk pembuatan bahan bakar biodiesel, pembuatan lilin aromaterapi, dan pembuatan sabun cuci piring. Pengolahan minyak jelantah menjadi sabun cuci piring sudah banyak dilakukan, bahkan produk sabun cuci piring dari minyak jelantah memiliki nilai ekonomis yang laku dipasaran. Proses pengolahan minyak jelantah menjadi sabun cuci piring saat ini masih dibuat secara manual tanpa menggunakan alat. Hal ini membuat produksi sabun cuci piring dari minyak jelantah masih dibatasi oleh waktu, kapasitas, serta hasil produk yang berbeda. Inovasi rancangan mesin dilakukan untuk membantu proses pembuatan sabun cuci piring dari minyak jelantah, sehingga proses pembuatan dapat menjadi lebih cepat dan dapat menampung kapasitas minyak jelantah yang lebih banyak, dengan kualitas produk yang sama.
Berdasarkan spesifikasi Mesin Pengolah Minyak Jelantah menjadi Sabun Cuci Piring, didapatkan beberapa keunggulan dari mesin yaitu:
1. Tangki input yang mampu menampung volume sebesar 5 liter sehingga pengolahan minyak jelantah dapat menjadi lebih banyak.
2. Bagian pengaduk yang dirancang dengan menggunakan motor sehingga membantu saat proses pengadukan.
3. Tidak memerlukan tempat yang luas karena dimensi mesin hanya sekitar 270mm x 270mm x 1000mm.
4. Bagian unit pengaduk dan unit penyaring yang dapat dilepas sehingga mudah dalam pemasangan dan perawatan.
5. Memiliki sistem kran yang digunakan untuk mengontrol aliran campuran yang keluar menuju unit penyaring.
6. Memiliki bantalan kaki dari karet yang digunakan untuk meredam getaran.
Nama | : | Vincent Axelius Gunawan |
Alamat | : | Jalan Jaya Wijaya, Perum Peni Regency 5, No. C10 |
No. Telepon | : | 085850616771 |