DeRas : Sistem Monitoring Deteksi Banjir Kota Surakarta Berbasis IoT

Indonesia merupakan negara tropis dengan curah hujan tinggi sehingga rawan  bencana alam terutama bencana hidrometeorologi. Menurut Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng dan BPBD Kabupaten Bogor, bencana hidrometeorologi adalah fenomena bencana alam yang berhubungan dengan aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, suhu, angin, dan kelembapan. Bencana hidrometeorologi banjir  merupakan salah satu masalah utama yang terjadi di Surakarta karena wilayahnya dilalui sungai besar Bengawan Solo.

Berdasarkan data banjir kota Surakarta yang diterbitkan oleh BPBD Provinsi Jawa Tengah. Pada data tersebut tercatat 21.846 jiwa yang terdampak banjir di Surakarta  pada tahun 2023 serta sebanyak 4.440 jiwa  mengungsi. Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan alat monitoring pendeteksi banjir berbasis IoT yang mampu meminimalisir dampak ancaman bencana banjir dengan mendukung aksi mitigasi bencana banjir. 

Penelitian menggunakan metode Research and Development, peneliti merancang sebuah sistem deteksi bencana banjir bernama DeRas. DeRas merupakan alat monitoring deteksi banjir kota Surakarta berbasis IoT yang menggunakan 4 sensor sebagai parameter deteksi banjir yaitu 1 sensor utama dan 3 sensor pendukung yaitu sensor water flow, sensor anemometer, sensor water level dan sensor raindrops. Pada DeRas, sensor akan mengirim data kepada pusat informasi melalui laman Bot Telegram berupa chat awas, waspada, serta bahaya. 

Sistem monitoring deteksi bencana banjir berbasis IoT (DeRas) dapat memudahkan masyarakat dalam menyusun program, langkah serta strategi prioritas untuk meminimalisir ancaman bencana banjir yang ditimbulkan, khususnya ancaman nyawa dan kerugian harta benda serta dampak sosial melalui aksi mitigasi bencana. Ancaman banjir dapat diminimalisir apabila masyarakat dapat cepat tepat dalam mitigasi bencana banjir.

Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga rawan dengan bencana alam, yang merupakan hal urgensi pada masyarakat. Salah satu bencana yang terjadi pada  masyarakat ialah bencana hidrometeorologi. Menurut BPBD Buleleng dan BPBD Kabupaten Bogor, bencana hidrometeorologi adalah fenomena bencana alam yang berhubungan dengan aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi,curah hujan,suhu angin, dan kelembapan. Bencana hidrometeorologi banjir  merupakan salah satu masalah utama yang terjadi pada masyarakat Surakarta karena wilayahnya dilalui oleh sungai besar Bengawan Solo.

Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Surakarta tahun 2023 kawasan Surakarta yang terdampak banjir pada Kamis, 16 Februari 2023 meliputi Kelurahan Sewu, Bumi, Joyotakan, Sangkrah, Semanggi, Kedung Lumbu, Joyosuran, Mojo, Pasar Kliwon, Sudiroprajan, Pucangsawit, Jagalan Gandekan, Jebres dan Panjang.

Selain itu, data dari (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) BPBD Provinsi Jawa Tengah tercatat 21.846 jiwa yang terdampak banjir di Surakarta  pada tahun 2023 sebanyak 4.440 jiwa dan  harus mengungsi.

Permasalahan pokok kebencanaan merupakan urgensi dan wajib terus digencarkan. Mitigasi bencana tersebut dilakukan baik pada saat pra (sebelum), saat, serta pasca (sesudah) bencana, selain itu melihat banyaknya masyarakat terdampak bencana di Surakarta, permasalahan mitigasi bencana terus diupayakan penyelesaiannya. Penelitian dilakukan untuk menekan resiko bencana melalui sensor deteksi bencana. Sensor deteksi bencana menggunakan Internet of Things (IoT) untuk memudahkan dalam monitoring bencana.

Perancangan alat deteksi pernah dilakukan oleh Rahmad Risiandi (2020) yang berjudul Analisis Cara Kerja Sensor Ultrasonik Menggunakan Arduino Untuk Merancang Alat Deteksi Banjir Secara Otomatis yang mendapatkan hasil naik dan turunnya air dapat terdeteksi melalui LED dan Buzzer  yang dapat bekerja dengan baik dalam penampilan output cahaya dan suara sebagai penanda level ketinggian air. Pada perancangan alat deteksi memiliki kekurangan yaitu tidak mengirimkan sinyal berupa data yang memudahkan masyarakat untuk meminimalisir ancaman banjir menggunakan internet.

Merujuk pada kelemahan hasil penelitian yang dilakukan oleh  Rahmad Risiandi (2020) terdapat juga perancangan alat yang berbasis Internet of Things (IoT). Penelitian ini pernah dilakukan oleh Quan Zhang (2021) dan mendapatkan hasil berupa implementasi Internet Of Things (IoT) dalam sektor pertanian, serta studi lanjut dampak jangka panjang, sehingga dapat memahami potensi dan batasan implementasi IoT. Pada penelitian terkait diatas kekurangannya tidak  menerapkan teknologi IoT dalam mitigasi bencana, maka pada penelitian ini akan mengadopsi teknologi yang melalui sensor kebencanaan dan itu sangatlah penting untuk  diteliti. Bersandarkan data banjir dan penelitian sejenis,maka dalam penelitian ini peneliti membuat alat deteksi De Ras.

De Ras merupakan alat monitoring deteksi banjir kota Surakarta berbasis IoT. De Ras menggunakan 4 sensor sebagai parameter deteksi bencana banjir, dengan 1 sensor patokan dan 3 sensor pendukung deteksi bencana. Pada alat deteksi bencana, sensor akan mengirim data kepada pusat informasi melalui laman Bot Telegram. Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti sangat tertarik untuk berinovasi dalam bentuk De Ras: Sistem Monitoring Deteksi Bencana Banjir Kota Surakarta Berbasis IoT.

Sistem monitoring Deteksi bencana banjir (DeRas) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

  1. DeRas dapat diimplementasikan fleksibel di sungai mana saja.

  2. DeRas dapat digunakan sebagai sarana mitigasi cepat berbasis internet.

  3. DeRas dengan sistem pendeteksi yang real-time tepat.

  4. DeRas menggunakan monitoring sederhana dengan biaya produksi yang murah.

 

Nama : Tatik Budi Raharti S.Pd
Alamat : Jl. Sumpah Pemuda No.25, Kadipiro, Banjarsari Surakarta
No. Telepon : 082243369366