PUSAKA+ (Pupuk Solusi Dampak Urea) Sebagai Alternatif Pilihan Pupuk Ramah Lingkungan dan Meningkatkan Produktivitas Pertanian

Pertanian telah menjadi sebuah aspek krusial dalam perekonomian dan ketersediaan bahan pangan di Indonesia. Kabupaten Pati sebagai salah satu daerah penghasil komoditas pertanian di Jawa Tengah tentu ingin terus menghasilkan produk-produk berkualitas. Penggunaan pupuk kimia seperti urea masih menjadi andalan bagi sektor pertanian di Pati. Masalahnya, subsidi urea di Kabupaten Pati pada tahun 2024 telah mengalami penurunan sebesar 50% (Dispertan, 2024). Tidak menutup kemungkinan subsidi urea di wilayah lain juga mengalami hal serupa.

Penurunan subsidi urea dapat ditanggulangi dengan aksi penghematan pupuk urea itu sendiri. Penggunaan urea yang notabene adalah pupuk kimia perlu dikurangi sebagai usaha perbaikan dan proteksi terhadap unsur hara tanah. Penggunaan urea pada suhu dan waktu yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefektifan pemakaian karena urea memiliki sifat mobil (Putra, 2015).

PUSAKA+ merupakan inovasi pupuk terbaru dengan konsep nitrifikasi yang dilengkapi dengan unsur hara pendukung serta lebih ramah lingkungan. PUSAKA+ memberikan solusi penghematan urea sekaligus pengefektifan pemupukan melalui konsep nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi membantu mengurangi penguapan amonia dari urea yang tidak dapat diserap langsung oleh tanaman serta membantu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu, kandungan unsur hara yang terkandung dalam PUSAKA+ seperti C - Organik, P2O5, dan K2O dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan PUSAKA+ terbukti dalam meningkatkan produktivitas pertanian, dengan menghemat biaya pemupukan sebesar 28% dan meningkatkan hasil pertanian sebanyak 10% jika dibandingkan penggunaan urea. Penggunaan PUSAKA+ juga menghemat biaya pemupukan sebesar 36% dan meningkatkan hasil pertanian sebanyak 29% jika dibandingkan dengan pupuk organik. 

Kata kunci : Pupuk PUSAKA+, Ramah lingkungan, Produktivitas pertanian

Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan ekonomi masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian. Dalam pertanian, pupuk merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Jenis pupuk yang paling banyak digunakan dalam pertanian adalah pupuk urea. Pada tahun 2024, alokasi pupuk urea bersubsidi di Indonesia masih jauh dibawah kebutuhan petani. Dari total kebutuhan pupuk urea sebanyak 10,7 juta ton, hanya tersalurkan sebanyak 4,8 juta ton (Kementrian Pertanian, 2024). Dampak dari penurunan subdisi pupuk urea mempengaruhi kegiatan pertanian di beberapa wilayah Jawa Tengah, salah satunya yaitu Kabupaten Pati. Kabupaten Pati yang memiliki slogan “ Pati Bumi Mina Tani ” mengandalkan potensi daerahnya pada bidang pertanian. Kegiatan pertanian di Kabupaten Pati tidak terlepas dari penggunaan pupuk kimia khususnya urea. Pada tahun 2024 subsidi pupuk urea di Kabupaten Pati mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang semula sebanyak 42.617 ton menjadi hanya 21.461 ton (Dinas Pertanian Pati, 2024). Hal ini disebabkan oleh Harga Produksi Pupuk (HPP) berubah sehingga subsidi pupuk urea untuk Kabupaten Pati menurun sebesar 50% yang tentunya menimbulkan permasalahan bagi kegiatan pertanian di Kabupaten Pati dalam memenuhi kebutuhan pupuk.

Berkurangnya subsidi pupuk urea yang diperoleh untuk Kabupaten Pati menyebabkan timbulnya pertanyaan, apakah pertanian di Kabupaten Pati harus selalu mengandalkan ketersediaan pupuk urea? Pupuk urea merupakan pupuk kimia yang memiliki efek kurang baik terhadap ketersediaan unsur hara tanah apabila digunakan secara berlebihan dan berkepanjangan (Suyamto, 2017). Penggunaan pupuk urea secara terus-menerus tentunya akan merusak struktur tanah, mencemari lingkungan, menurunkan kesuburan dan pH tanah, serta produksi pertanian memiliki kualitas yang rendah karena mengandung residu dari pupuk urea.

Kebutuhan urea dalam menunjang kegiatan pertanian di Kabupaten Pati sangat tinggi, sedangkan kesadaran petani untuk menggunakan pupuk ramah lingkungan masih sangat rendah. Dalam kondisi keterbatasan subsidi urea, petani di Kabupaten Pati berusaha mencukupi kebutuhannya dengan membeli urea nonsubsidi yang biayanya tidak ekonomis dan tidak ramah lingkungan. Berdasarkan sistem kerjanya, kandungan urea sangat mudah menguap. Penggunaan urea pada suhu dan waktu yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefektifan pemakaian karena urea memiliki sifat mobil (Putra, 2015). Urea mempunyai sifat mudah larut dalam air dan mudah menguap. Hal ini menyebabkan kekhawatiran kehilangan Nitrogen dari tanah karena larut dalam air yang mengalir atau menguap ke udara. Kehilangan Nitrogen melalui proses penguapan amonia (NH3) dapat mencapai 25%. Hal inilah yang menyebabkan pemupukan tanaman menggunakan urea menjadi kurang efektif. Maka dari itu diperlukan adanya proses nitrifikasi, supaya pemanfaatan urea menjadi lebih efisien untuk tanaman.

Nitrifikasi adalah suatu proses pengoksidasian amonia (NH3) menjadi nitrit (NO2-) dan nitrat (NO3-), yang dilakukan oleh bakteri penitrifikasi. Nitrifikasi terjadi dalam dua proses yaitu oksidasi amonium menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat (SCHLEGEL dan SCHMIDT, 1994). Bakteri yang berperan dalam proses nitrifikasi adalah Nitrosomonas dan Nitrobacter. Bakteri nitrifikasi dapat ditemukan pada perairan atau dalam tanah yang mengandung amonia, seperti pelapukan tanah yang tercampur dengan kotoran hewan (Lingga dan Marsono, 2003).

Untuk menjawab permasalahan itu, maka pupuk PUSAKA+ menjadi solusinya. Pada proses produksi PUSAKA+, urea diolah dan diinovasikan menjadi produk pupuk baru dengan membuat larutan sumber bakteri nitrifikasi dari pelapukan tanah kandang ayam. Kemudian mencampur larutan tersebut dengan urea dan kotoran hewan giling dari kambing. Melalui cara tersebut maka akan terjadi proses nitrifikasi yang merubah amonia (NH3) menjadi nitrit (NO2-) kemudian menjadi nitrat (NO3-) sehingga efektivitas pemupukan menjadi maksimal, karena tanaman lebih mudah menyerap Nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-). Selain meningkatkan efektifitas pemupukan, pupuk PUSAKA+ juga mengurangi penguapan Nitrogen berupa amonia (NH3) karena telah mengalami nitrifikasi pada proses pembuatannya sehingga lebih ramah lingkungan. Dengan adanya inovasi pupuk PUSAKA+, dapat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan pupuk, meningkatkan produktivitas pertanian, serta memberikan kesadaran bagi para petani untuk mengurangi ketergantungan pada urea dan beralih menggunakan pupuk yang ramah lingkungan.

 

1. Efisiensi dan Produktivitas

Pupuk PUSAKA+ telah melalui proses nitrifikasi pada tahap pembuatannya sehingga unsur hara yang terkandung lebih mudah diserap tanaman dan pemupukan menjadi lebih efisien. Pupuk PUSAKA+ juga mampu mengurangi ketergantungan penggunaan urea pada pertanian.

2. Ramah Lingkungan

Pupuk PUSAKA+ memiliki kandungan urea yang sangat rendah dan telah melalui proses nitrifikasi, sehingga dapat mengurangi penguapan amonia. Bakteri nitrifikasi pada PUSAKA+ membantu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga bermanfaat bagi lingkungan dalam jangka panjang.

3. Biaya dan Ekonomis

Pupuk PUSAKA+ merupakan produk inovasi yang meminimalisir penggunaan urea. Ketika terjadi keterbatasan subsidi urea, petani memenuhi kebutuhannya dengan membeli urea nonsubsidi yang harganya tergolong mahal. Dengan menggunakan inovasi PUSAKA+, petani dapat memenuhi kebutuhan pupuk dengan harga yang lebih murah dan terjangkau tetapi produktivitas pada tanaman pertanian lebih optimal.

4. Uji Coba dan Keberlanjutan

Pupuk PUSAKA+ telah melalui pengujian di Balai Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), dengan menunjukkan kandungan unsur hara yang memenuhi Persyaratan Teknis Minimal Mutu Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Selain itu, PUSAKA+ juga meminimalkan kandungan kimia sehingga dapat mendukung pertanian berkelanjutan tanpa mengurangi kualitas produksi pertanian.

5. Implementasi dan Potensi Pasar

PUSAKA+ telah melalui implementasi secara nyata pada lahan pertanian di Desa Wonorejo, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati pada tanaman terong dengan menunjukkan hasil produktivitas tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pupuk urea dan organik. PUSAKA+ juga memiliki potensi pasar yang baik karena harganya yang lebih terjangkau jika dibandingkan dengan urea nonsubsidi.

Nama : Fernandito Akbar Kurniawan
Alamat : Jl. P. Diponegoro no. 159, Kel. Parenggan, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati
No. Telepon : 085339489859