Adikara Educational Game Berbasis Nusantara dalam Membentuk Perilaku Moderasi Beragama

Adikara Educational Game Berbasis Nusantara dalam Membentuk Perilaku Moderasi Beragama

 

(Fahmi Fuadi, Moh. Adriyan Rachman, Muh. Ibna Sabiel Al-Aziz, Alya Kharina, Afriza Tri Wahyuni, Nafisa Rizka3)

(Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes)

(naldajifany@gmail.com)

 

 

Abstrak

 

Keanekaragaman bangsa ini adalah sunnatullah yang tidak bisa diingkari. Menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh anak bangsa merawat dan menjadikan sunnatullah ini sebagai tempat berpijak dalam meraih kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemajuan disegala aspek kehidupan. Pendidikan Agama dan budi pekerti mempunyai tugas merawat sunnatullah ini sebaik-baiknya sehingga persaudaraan antar sesama anak bangsa, golongan (ukhuwah watahniyah) menjadi kuat. Perilaku moderasi beragama perlu diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran yang relevan, salah satunya media pembelajaran permainan edukasi. Permainan edukasi sendiri ialah alat bantu pembelajaran yang dirancang untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi yang menyenangkan. Adikara educational game dapat dikembangkan sebagai produk media pembelajaran yang tidak hanya mendidik tentang keanekaragaman geografis dan kultural bangsa Indonesia, tetapi mengajarkan pentingnya toleransi beragama. Tujuan penelitian: (1) mengetahui nilai – nilai pendidikan agama Islam yang terkandung dalam Adikara Educational Game, (2) mengetahui analisis Adikara Educational Game sebagai media pembelajaran dalam membentuk perilaku moderasi, (3) mengetahui implementasi Adikara Educational Game, dalam membentuk perilaku moderasi beragama. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi sosial, data diperoleh dari kajian pustaka, dokumentasi dan wawancara. Adikara Educational Game dapat disesuaikan dengan kurikulum pendidikan yang berlaku, sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar yang relevan di sekolah-sekolah.

 

Kata Kunci: Adikara, Media Pembelajaran, Moderasi Beragama.

Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman bangsa ini adalah sunnatullah yang tidak bisa diingkari. Menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh anak bangsa merawat dan menjadikan sunnatullah ini sebagai tempat berpijak dalam meraih kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemajuan disegala aspek kehidupan (Asmani, 2019). Pendidikan Agama dan budi pekerti mempunyai tugas merawat sunnatullah ini sebaik-baiknya sehinga persaudaraan antar sesama anak bangsa, golongan (ukhuwah watahniyah) menjadi kuat dan terhindar dari perang saudara dan perpecahan yang saling bertentangan bagi pembangunan.

Perbedaan yang ada, terkadang memunculkan konflik sosial berdasar pada pemahaman agama, hal ini yang menimbulkan paham-paham Islam radikal mulai tumbuh dan kuat. Muncul kedalam dataran pendidikan dengan merusak sedikit demi sedikit moral remaja. Contohnya pada hasil riset Pusat pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Desember 2016, merilis riset bahwa, banyak (lebih dari 81-87 persen) guru PAI pada jenjang pendidikan dasar dan menengah cenderung bersikap intoleran. Sebagian besar dari mereka tidak setuju pemimpin non-muslim. (Tim Redaksi, 2016).

Melihat hasil riset tersebut, bila para gurunya saja memiliki sikap dan pemahaman seperti itu, maka paham ekstrimisme dan sikap intoleransi sangat berpotensi besar terdoktrinasi sejak dini, saat anak-anak belajar dan berada di bangku sekolah.

Sejak sepuluh tahun terakhir, muncul gejala sekolah-sekolah menengah atas negeri menjadi pusat penyamaian intoleransi, eksklusivitas anti-Pancasila, anti kebinekaan, bahkan kekerasan dalam berbagai bentuknya. Penelitian Setara Institute pada 2015 cukup mencengangkan. Pasalnya 7,6 persen pelajar di DKI Jakarta dan Bandung setuju dengan ideologi dan sepak terjang Negara Islam Irak dan Suriah. Riset ini juga mengungkap bahwa 8,5 persen dari 684 responden pelajar setuju dengan mengganti dasar Negara Pancasila dengan agama tertentu. (Muzayanah Bisri, 2019).

Agama dan budaya memiliki kaitan dalam menghadapi konflik. Dalam kerangka kebudayaan setidaknya dapat ditempuh tiga hal interaksi sosial yang digunakan dalam mengelola konflik; 1) artikulasi keberadaan etnis, 2) keberadaan ruang publik, dan 3) simbol-simbol komunikasi pembaruan. Jika suatu konflik susah diredam melalui jalur dasar agama, maka dalam ruang budayalah kebersamaan dan harmoni dapat tercipta (Noviani, 2020).

Salah satu terobosan yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah pemanfaatan teknologi dan media pembelajaran sebagai alat transfer ilmu serta untuk menyebarluaskan nilai-nilai luhur budaya lokal yang kaya dengan nilai positif.

Jati diri bangsa Indonesia adalah negara maritim, sebuah negara kepulauan. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia menyatakan bahwa Indonesia adalah satu kesatuan wilayah yang utuh dari Sabang sampai Merauke. Dalam konteks permainan edukasi, Wawasan Nusantara dapat diintegrasikan untuk menanamkan nilai-nilai kebangs2aan dan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Moderasi beragama mengacu pada sikap toleransi dan keterbukaan dalam beragama, menghindari ekstremisme dan mempromosikan kerukunan antar umat beragama. Dalam pembuatan media pembelajaran, moderasi beragama bisa menjadi dasar untuk menciptakan konten yang inklusif dan edukatif.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut, Adikara Educational Game dapat dikembangkan sebagai produk media pembelajaran berbasis nusantara yang tidak hanya mendidik tentang keanekaragaman geografis dan kultural bangsa Indonesia, tetapi juga mengajarkan pentingnya toleransi dan kerukunan dalam beragama. Adikara Educational Game dapat memfasilitasi pembelajaran mandiri yang memungkinkan peserta didik untuk melatih kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui permainan ini, peserta didik dapat diperkenalkan dengan berbagai budaya lokal yang ada di Indonesia. Hal ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan mereka tentang jatidiri bangsa sendiri, tetapi juga menumbuhkan rasa hormat dan apresiasi terhadap keberagaman budaya.

Adikara Educational Game dapat menjadi sarana pendidikan karakter, dimana peserta didik diajarkan tentang nilai-nilai moral seperti; kejujuran, kerjasama, dan tanggung jawab melalui pola mekanisme permainan. Dengan menyediakan platform yang mendukung kreativitas, Adikara Educational Game dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara inovatif dan kreatif dalam menyelesaikan tantangan yang diberikan.

Keunggulan Inovasi

Setelah melalui kajian riset dan evaluasi observasi dalam implemtasi Adikara Education Game berbasis nusantara dalam membentuk perilaku moderasi beragama. Ada beberapa point penting unsur kebaruan dan keaslian media pembelajaran, yaitu, meliputi:

  1. Tema yang digunakan; dalam media pembelajaran Adikara education game adalah tema “Perilaku Moderasi Beragama berbasis Nusantara”, tentu tema ini jarang dilakukan oleh sebagian peneliti atau guru dalam menerapkan pembelajaran PAI dan budi pekerti di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
  2. Konsep permainan; Adikara Education Game merupakan sebuah media pembelajaran berbasis nusantara terinsipirasi dari permainan ular tangga, ludo dan monopoli. Implementasi jati diri bangsa sebagai negara kepulauan adalah konsep dasar dengan mengusung petualang penjelajahan sebagai bentuk jati diri nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut. Sehingga konsep bidak kapal dalam menjelajahi kepualauan Indonesia adalah konsep dasar yang ditawarkan dalam permainan ini.
  3. Menggunakan kompetensi 4C Merdeka Belajar dan evaluasi penilaian asesmen dengan capaian kompetensi inti; Kompetensi 4C (Critical thingking, Collaboration, Communication and Creativity) merupakan konsep inti pembelajaran dalam kurikulum merdeka belajar, sedangkan capaian kompetensi pada penilaian hasil pembelajaran meliputi; literasi sosial budaya, literasi numerasi dan literasi membaca yang disesuaikan dengan tingkatan capaian kompetensi pada setiap jenjang. Adikara Education Game berbasis nusantara dalam implementasinya tentu menggunakan dan mengkombinasikan kedua konsep ilmiah tersebut sehingga menjadi sebuah kebaruan dalam media pembelajaran PAI dan budi pekerti.
  4. Dapat digunakan sesuai dengan kreatifitas guru; Tujuan utama Adikara Education Game adalah menumbuhkan kreatifitas dan ketrampilan guru dalam memanagemen pembelajaran melalui Adikara Education Game ini.
  5. Grade Class; Media pembelajaran ini dapat digunakan disetiap jenjang yang berbeda, hanya tingkat kesulitan disesuaikan dengan jenjang pendidikan serta capaian kompetensi harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan.
  1. Grade C untuk jenjang SD/MI dengan kategori didampingi guru.
  2. Grade B untuk jenjang SMP/MTs dengan kategori diarahkan guru.
  3. Grade A untuk jenjang SMA/SMK/MA dengan kategori dibebaskan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
  1. Bahan ajar yang digunakan tidak harus monoton; dengan tema patriotisme, nasionalisme, toleransi atau moderasi beragama dapat pula menggunakan tema lain, seperti tema kearifan budaya lokal, matematik dan kewarganegaraan tergantung pada pengembangan dan kreatifitas masing-masing guru.

Perangkat media pembelajaran Adikara Education Game berbasis nusantara yang diimplementasikan melalui permainan bidak penjelajahan merupakan hal baru dalam pembelajaran. Inovasi produk yang menjadi keunggulan yakni dengan berfokus pada pengembangan budi pekerti yang didasarkan pada living culture peserta didik, tentu jarang dilakukan oleh guru. Sehingga Adikara Education Game mampu menjadi perangkat media pembelajaran yang berbasis nusantara sebagai pengamalan nilai-nilai moderasi beragama.

Adikara Education Game merupakan produk sastra yang jika dikaji, dibaca, dan dicipta akan memunculkan kepekaan rasa dan hati nurani secara berimbang, melalui tahapan pembelajaran. Game ini dapat disesuaikan dengan kurikulum pendidikan yang berlaku, sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar yang relevan di sekolah-sekolah. Desain visual dan interaktiv Adikara Educational Game menggunakan hal yang menarik, menggunakan warna-warna cerah dan karakter-karakter yang relatable untuk menarik perhatian peserta didik.

Dalam rancangan Adikara Educational Game berbasis nusantara dalam membentuk perilaku moderasi beragama menggabungkan beberapa unsur dasar seperti konsep permainan dengan permainan tradisional (ludo, ular tangga dan monopoli), serta dikombinasikan dengan keanekaragaman bangsa Indonesia dikaitkan dengan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Asesmen Kompetensi pada satuan pendidikan yang sesuai dengan standar tujuan pendidikan Indonesia.

Nama : Fahmi Fuadi
Alamat : Jalan Raya Yos Sudarso No. 36 Komplek Islamik Centre Brebes Desa Pasarbatang, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.
No. Telepon : 082139796176