Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk dengan penyandang cacat atau disabilitas yang cukup tinggi. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,93 jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk nasional. Guna mendukung aktivitasnya, seseorang dengan tunadaksa yang kehilangan alat gerak biasanya dibantu dengan penggunaan protesa. Protesa merupakan alat buatan yang menyerupai bentuk badan dan berfungsi untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang atau rusak. Protesa kaki palsu yang banyak digunakan saat ini berbahan dasar plastik dengan harga yang relatif mahal. Hal ini yang menjadi latar belakang penelitian kami yaitu membuat produk protesa kaki palsu berbahan dasar serat alami dari pelepah pisang, yang jumlahnya tersedia banyak dan akhirnya hanya menjadi limbah. Protesa yang dihasilkan kemudian dilapisi dengan plastik biodegradabledari tepung singkong dan dikombinasikan dengan TiO2sebagai agen anti bakteri.
Protesa merupakan alat buatan yang menyerupai bentuk badan dan berfungsi untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang atau rusak akibat trauma, penyakit atau kondisi prakelahiran (Kurniadi & Santosa, 2019). Protesa yang dibutuhkan seseorang tunadaksa biasanya berbentuk kaki palsu yang dipasang mulai dari bagian atas atau bawah lutut. Penggunaan protesa kaki palsu dianggap lebih praktis dan fleksibel dibandingkan dengan penggunaan kursi roda atau kruk/tongkat (Warsyah, 2014). Protesa yang terdapat di Indonesia saat ini sebagian besar berasal dari produk import sehingga miliki harga yang mahal dan tidak terjangkau. Selain itu, penggunaan protesa juga diketahui menimbulkan berbagai keluhan bagi pengguna.
Keluhan penggunaan kaki palsu salah satunya adalah terjadi iritasi pada kulit. Hal ini disebabkan oleh material protesa yang saat ini banyak digunakan, yaitu protesa berbahan dasar plastik. Kulit yang mengalami amputasi dan menggunakan kaki palsu rentan terhadap alergi dan iritasi karena terperangkapnya kerigat pada kaki yang disebabkan sirkulasi udara yang tidak bebas (Turner et al., 2022). Penggunaan kaki palsu selain untuk menunjang kepercayaan diri juga harus memberikan rasa nyaman bagi penggunanya. Secara umum, John Craig merekomendasikan sifat bahan yang digunakan sebagai bahan prostesis harus memiliki kekuatan yang baik, kelenturan, ringan, ketahanan menerima beban dinamis akibat pergerakan kaki dan tidak mengganggu kesehatan. Keluhan lain yang juga muncul adalah sampah yang dihasilkan dari limbah pembuatan kaki palsu, yang mana ini menjadi hal serius karena menurut Jambeck tahun 2015 dari University of Georgia Indonesia merupakan negara penyumbang sampah terbesar kedua setelah China (Juniartini, 2020).
Berdasarkan berbagai keluhan tersebut, dikembangkan inovasi kaki palsu dengan menggunakan bahan dasar serat alami. Salah satu alternatif serat alami yang belum banyak digunakan dan jumlahnya melimpah adalah serat pelepah pohon pisang, yang pada penelitian ini akan dikembangkan dalam bentuk komposit. Komposit tersebut kemudian akan diberi pelapis berupa plastik biodegradable atau plastik yang mudah untuk didaur ulang dari tepung singkong dan TiO2. Inovasi pembuatan protesa kaki palsu berbahan dasar serat pelepah pisang tidak menimbulkan iritasi pada kulit, lebih minim biaya, dan mengurangi sampah yang sulit terurai karena semua bahan yang digunakan berasal dari alam. Sedangkan penggunaan pelapis plastik biodegredable pada bagian luarnya dapat memperlambat tumbuhnya jamur dan bakteri yang muncul pada protesa kaki palsu.
Nama | : | |
Alamat | : | |
No. Telepon | : |