Decohiva (Digital Counseling HIV AIDS Application) : Aplikasi Pendukung Kesehatan Mental dan Fisik bagi Penderita HIV/AIDS

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat 214.732 kasus baru HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia pada tahun 2023. Angka ini meningkat sebesar 2,1% dari 210.464 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2022.

Data tersebut berdasarkan laporan dari klinik dan rumah sakit HIV/AIDS di seluruh Indonesia. Penting untuk dicatat bahwa angka-angka ini mungkin masih di bawah angka sebenarnya dari jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia, karena banyak orang dengan HIV/AIDS tidak menyadari status mereka atau tidak melakukan tes atau pengobatan.

Berikut rincian kasus baru HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia pada tahun 2023 berdasarkan kelompok umur:

15-19 tahun: 12.256 kasus (5,7%)

20-24 tahun: 63.987 kasus (30,3%)

25-29 tahun: 45.489 kasus (21,7%)

30-34 tahun: 34.979 kasus (16,6%)

35-39 tahun: 27.187 kasus (12,7%)

40-44 tahun: 17.455 kasus (8,2%)

45-49 tahun: 10.417 kasus (4,9%)

50 tahun ke atas: 12.938 kasus (6,1%)

Data juga menunjukkan bahwa mayoritas kasus baru HIV/AIDS di Indonesia terjadi pada laki-laki (67,7%), disusul perempuan (32,3%). Angka kasus baru HIV/AIDS tertinggi terdapat di provinsi Papua (20,2 kasus per 100.000 penduduk), Bali (15,5 kasus per 100.000 penduduk), dan DKI Jakarta (13,7 kasus per 100.000 penduduk).

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah menerapkan sejumlah strategi, antara lain:

Memperluas akses terhadap tes dan konseling HIV

Memberikan terapi antiretroviral (ART) kepada semua pengidap HIV/AIDS

Mempromosikan praktik seks yang aman

Mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS.

Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan  tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV.

Epidemi HIV/AIDS di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam beberapa tahun terakhir, HIV/AIDS masih menjadi salah satu penyebab utama kematian di Indonesia.

Pada tahun 2023, terdapat 214.732 kasus baru HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia. Ini menunjukkan peningkatan 2.1% dari 210.464 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2022.

Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa:

  • Mayoritas kasus baru HIV/AIDS terjadi pada pria (67.7%), diikuti oleh wanita (32.3%).
  • Kelompok usia yang paling rentan terhadap HIV/AIDS adalah 20-24 tahun (30.3%), diikuti oleh 25-29 tahun (21.7%) dan 30-34 tahun (16.6%).
  • Provinsi dengan tingkat kasus baru HIV/AIDS tertinggi adalah Papua (20.2 kasus per 100.000 penduduk), Bali (15.5 kasus per 100.000 penduduk), dan DKI Jakarta (13.7 kasus per 100.000 penduduk).

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka HIV/AIDS di Indonesia termasuk:

  • Kurangnya kesadaran tentang HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya.
  • Stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS.
  • Akses yang terbatas ke layanan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS.
  • Perilaku seksual berisiko tinggi, seperti seks tanpa kondom dan seks dengan banyak pasangan.

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah menerapkan berbagai strategi, termasuk:

  • Memperluas akses ke pengujian dan konseling HIV/AIDS.
  • Menyediakan terapi antiretroviral (ART) kepada semua orang yang hidup dengan HIV/AIDS.
  • Mempromosikan praktik seks aman.
  • Mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS.

Upaya-upaya ini penting untuk membantu mengendalikan epidemi HIV/AIDS di Indonesia dan meningkatkan kualitas hidup orang yang hidup dengan HIV/AIDS.

Kata kunci: Epidemis adalah peningkatan jumlah penyakit menular yang terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu singkat di suatu wilayah atau populasi tertentu.

 

 

Originalitas:

  • Aplikasi ini merupakan hasil temuan asli untuk membantu konselor mengidentifikasi ODHA dan memberikan edukasi HIV AIDS kepada masyarakat.
  • Aplikasi ini menargetkan populasi kunci seperti LSL, pekerja seks, pengguna narkoba suntik, warga binaan, dan pasangan berisiko tinggi.
  • Fitur aplikasi meliputi self-check HIV AIDS, ruang konseling, informasi HIV AIDS, daftar konselor, konseling kepatuhan minum obat, dan forum diskusi.
  • Aplikasi ini dirancang user-friendly dan telah diuji dengan Usability Heuristic.

Kepioniran:

  • Aplikasi ini telah diterapkan di Kabupaten Cilacap selama 5 bulan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
  • Aplikasi ini terintegrasi dengan 13 konselor yang terdiri dari 7 orang tenaga kesehatan, 3 orang ahli psikolog, dan 3 orang dokter spesialis.
  • Pengembangan aplikasi ini akan terus dilakukan dengan menambah menu dan penanganan langsung bagi ODHA.
  • Diharapkan aplikasi ini menjadi pionir aplikasi pendamping konselor di Indonesia dan membantu mencegah HIV AIDS pada generasi muda.

Keberlangsungan:

  • Aplikasi ini memanfaatkan teknologi untuk memudahkan proses pemantauan dan komunikasi antara konselor dan ODHA.
  • Penerapan aplikasi ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam membantu ODHA.
  • Pengembangan aplikasi ini akan terus dilakukan untuk mencapai target Indonesia bebas AIDS 2030.

 

 

 

Nama : Ramadhanni Safira Qurrota Ayun
Alamat : Perumahan Kalidonan Jalan Simpang Donan Kelurahan Kebonmanis Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap
No. Telepon : 082226474905