BFO (BIODIESEL FISH OIL) – Pemanfaatan Limbah Air Pemindangan Ikan Dalam Mengatasi Kelangkaan Solar Bagi Kapal Nelayan Juwana

Kelangkaan solar di kalangan nelayan Juwana menyebabkan keterbatasan mobilitas dan biaya operasional yang tinggi. Dengan meningkatnya konsumsi solar di Indonesia, diperlukan alternatif bahan bakar seperti biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang menjanjikan, dibuat melalui proses transesterifikasi dari minyak tumbuhan, lemak hewan, atau minyak bekas. Indonesia memiliki potensi perikanan besar, tetapi hanya 59% yang dimanfaatkan. Industri ikan pindang di Kabupaten Pati menghasilkan limbah cair yang mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi Biodiesel Fish Oil (BFO) dari limbah air pemindangan ikan, yang diuji karakteristiknya di laboratorium PT Sucofindo Semarang.

Permasalahan yang dipecahkan oleh penelitian ini adalah kelangkaan solar yang menghambat aktivitas nelayan Juwana. Dengan mengembangkan BFO dari limbah industri pemindangan ikan, diharapkan nelayan dapat memperoleh akses bahan bakar yang lebih stabil, dan meningkatkan hasil tangkapan. Selain itu, penggunaan limbah ini untuk BFO mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah cair industri pemindangan ikan.

Metode inovasi yang digunakan melibatkan proses transesterifikasi limbah air pemindangan ikan dengan katalis basa, diikuti oleh pengujian laboratorium untuk menentukan karakteristik BFO. Pengujian dilakukan terhadap kualitas biodiesel dan emisi gas buang menggunakan alat smoke tester pada mesin diesel satu silinder. Hasil pengujian menunjukkan bahwa BFO memiliki polusi yang lebih rendah dibandingkan solar, serta performa mesin yang efisien terhadap konsumsi bahan bakar.

Hasil inovasi ini menunjukkan bahwa penggunaan BFO dapat meningkatkan kemandirian energi bagi nelayan Juwana, mengurangi dampak lingkungan negatif, dan berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. BFO terbukti lebih ramah lingkungan dan ekonomis dibandingkan solar, serta memberikan solusi praktis terhadap masalah kelangkaan bahan bakar di kalangan nelayan Juwana.

Kelangkaan solar bagi nelayan .di Juwana dapat berdampak serius terutama terkait mobilitas terbatas dan biaya operasional yang tinggi. Data konsumsi solar di Indonesia meningkat secara signifikan setiap tahunnya, sehingga mencari alternatif bahan bakar, seperti biodiesel menjadi penting. Biodiesel merupakan bahan bakar yang menjanjikan, dibuat melalui proses transesterifikasi dengan alkohol dari minyak tumbuhan, lemak binatang, atau minyak bekas. Potensi perikanan di Indonesia sangat besar mencapai 6,7 juta ton per tahun yang belum dimanfaatkan secara maksimal karena baru 59% dimanfaatkan dari total kekayaan perikanan yang ada. Pemanfaatan total produksi perikanan sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk ikan segar sebesar 57,05%, bentuk olahan tradisional sebesar 30,19%, dan bentuk olahan modern sebesar 10,90% serta olahan lainnya sebesar 1,86% (Rahmania dalam Oktavia dkk, 2012). Pemanfaatan dalam bentuk olahan ikan tradisional antara lain berupa ikan asin, ikan pindang dan produk fermentasi seperti terasi, petis dan sebagainya. Salah satu produk olahan ikan yang banyak dihasilkan di Kabupaten Pati adalah ikan pindang. Bahan baku yang digunakan untuk industri ikan pindang antara lain: ikan layang, selar, kembung, tongkol, bandeng dan lain-lain. Limbah cair dari industri pemindangan ikan, yang berpotensi mencemari lingkungan, juga menjadi fokus penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk membuat Biodiesel Fish Oil (BFO) dari limbah air pemindangan ikan melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa. Biodiesel yang dihasilkan dianalisis dengan pengujian Laboratorium di PT Sucofindo Semarang untuk mengetahui karakteristik BFO (Biodiesel Fish Oil), tahap kedua dilakukan pengujian emisi gas buang pada mesin diesel 1 (satu) silinder menggunakan alat smoke tester, dan dilakukan pengujian performa mesin terhadap konsumsi bahan bakar BFO pada mesin diesel kapal.  Penggunaan BFO (Biodiesel Fish Oil) diharapkan dapat meningkatkan kemandirian energi, mengurangi dampak lingkungan negatif, dan secara keseluruhan memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan ekonomi dan lingkungan di Juwana.

Keunggulan dari BFO (Biodiesel Fish Oil) adalah menghasilkan nilai tambah penghasilan bagi UMKM Pemindangan ikan dengan memanfaatkan limbah, yang pada gilirannya mengurangi pencemaran lingkungan dan merusak ekosistem perairan, sehingga membantu menjaga kualitas ikan yang ditangkap. Menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi kapal nelayan karena penggunaan biodiesel lokal, sambil juga diharapkan dapat memperoleh dukungan dari pemerintah melalui pelatihan, bantuan teknis, dan bantuan keuangan, serta memastikan ketersediaan BFO untuk nelayan di seluruh daerah. Selain itu, BFO juga memiliki harga yang lebih murah daripada solar.Memiliki tingkat polusi atau opasitas asap yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar solar pada setiap tingkat RPM, dan memiliki konsumsi bahan bakar yang lebih hemat dan efesien dibandingkan bahan bakar solor, menunjukkan bahwa BFO lebih ramah lingkungan dan dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap udara dan lingkungan secara keseluruhan.

Nama : AHMAD HAFID ABDULLAH, S.Pd.
Alamat : Ds. Sinomwidodo RT. 06/RW.02, Kec. Tambakromo, Kab. Pati, Jawa Tengah, 59174
No. Telepon : 085385236332