RumahTBC: Web-health Monitoring dan Deteksi Tuberculosis Menggunakan Xception (Transfer Learning)

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi paling sering menyerang paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Kenedyanti & Sulistyorini, 2017). Indonesia merupakan salah satu negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak kedua didunia setelah India dengan jumlah kasus sebesar 809.000 (Sehat Negeriku, 2024). Dari 34 provinsi di Indonesia, Jawa Tengah menempati posisi kedua setelah Jawa Barat dengan penemuan sebanyak 43.121 kasus tuberkulosis (TB Indonesia, 2021). Sampai saat ini, Jumlah penderita tuberkulosis di Kota Tegal tercatat 524 orang per Tahun 2021. Jenis pemeriksaan yang sering digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru seperti tuberkulosis adalah pemeriksaan Rontgen Dada (X-ray). Dalam proses penyembuhan tuberkulosis, kepatuhan pengobatan menjadi faktor terpenting untuk menghindari terjadinya resistensi obat, pencegahan penularan, dan meningkatkan peluang kesembuhan bagi pasien tuberkulosis. Seperti yang diungkapkan sekretaris daerah jawa tengah, bahwa Pemprov Jateng akan menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2028. Oleh karena itu, kami mengusulkan solusi untuk mendukung pencapaian target eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2028 melalui pengembangan sebuah platform kesehatan digital yaitu RumahTBC. RumahTBC dilengkapi dengan penerapan Artificial Intelligence yang menyediakan fitur inovatif dan menerapkan metode pengolahan citra Xception (Transfer Learning) untuk meningkatkan efektivitas diagnosis dan monitoring pengobatan. Dengan adanya RumahTBC ini, diharapkan dapat membantu fasilitas kesehatan, masyarakat umum, dan penderita tuberkulosis dalam pendeteksian, pencegahan tuberkulosis, dan pemantauan kepatuhan minum obat dari pasien ke Rumah sakit terdekat secara efektif dan efisien. 

Kesehatan merupakan suatu hal yang utama dan diinginkan oleh semua manusia di dunia, karena tubuh yang sehat membantu kita untuk melakukan berbagai aktivitas secara produktif. Kesehatan manusia dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor keturunan, dan faktor pelayanan masyarakat (Kenedyanti & Sulistyorini, 2017). Faktor yang paling utama adalah faktor perilaku dan lingkungan, karena perilaku hidup sehat timbul dari kesadaran diri sendiri. Faktor lingkungan yang buruk misalnya adalah lingkungan rumah yang kotor, tidak memiliki atau kurangnya ventilasi udara dirumah, minimnya cahaya yang masuk kedalam rumah, dan kondisi ruangan yang lembab dapat menjadi sebuah sarang penyakit seperti penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi paling sering menyerang paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Kenedyanti & Sulistyorini, 2017).

Masalah yang mendasari adanya penelitian ini adalah peningkatan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia dari tahun 2022 hingga tahun 2023 yang mencapai angka sebanyak 809.000 kasus. Angka ini menunjukan peningkatan yang cukup drastis jika dibandingkan dengan kasus sebelum pandemi, yang umumnya berada dibawah 600.000 per tahun (Sehat Negeriku, 2024). Tuberkulosis merupakan penyakit menular kronis yang terus menjadi tantangan dalam kesehatan masyarakat. Indonesia mempertahankan posisi kedua sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh Cina (TB Indonesia, 2024). Hingga tahun 2021, Jawa Tengah tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak kedua setelah Jawa Barat, dengan jumlah 43.121 kasus. Di Kota Tegal, tercatat sebanyak 524 kasus tuberkulosis yang teridentifikasi (TB Indonesia, 2021). Angka tersebut masih jauh untuk bisa mencapai target eliminasi tuberkulosis di Tahun 2030. Pengobatan Tuberkulosis bisa mengalami risiko kegagalan akibat kurangnya kepatuhan pasien terhadap pengawasan medis, terutama jika diperparah oleh lingkungan permukiman yang memudahkan penularan penyakit tersebut.

Jenis pemeriksaan yang sering digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru seperti tuberkulosis adalah pemeriksaan Rontgen Dada (X-ray). Pembacaan X-Ray memiliki keterbatasan, dimana masih menggunakan metode manual untuk mendeteksi penyakit ini (Pratama et al., 2021). Sistem pembacaan X-ray yang menerapkan teknologi Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), mungkin sudah tersedia di beberapa rumah sakit. Namun di Jawa Tengah alat tersebut masih belum tersedia, sehingga perlu adanya sistem yang dapat mempercepat proses pembacaan dan diagnosa berdasarkan hasil rontgen pasien. Dalam proses penyembuhan tuberkulosis memerlukan peranan penting dari fasilitas kesehatan dalam pemantauan minum obat. Salah satu metode yang sudah diterapkan untuk meningkatkan kepatuhan adalah melalui pemberdayaan pengawasan minum obat atau Directly Observed Treatment (Iweama et al., 2021). Namun pengawasan secara langsung ini belum berhasil menyelesaikan permasalahan tuberculosis sehingga diperlukan inovasi dalam pengawasan minum obat yang didampingi langsung oleh fasilitas kesehatan melalui media digital. 

Seperti yang diungkapkan sekretaris daerah jawa tengah, bahwa Pemprov Jateng akan menargetkan eliminasi tuberkulosis pada tahun 2028. Oleh karena itu, kami menawarkan solusi untuk mendukung pencapaian target eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2028 melalui pengembangan sebuah platform kesehatan digital dilengkapi dengan penerapan Artificial Intelligence yaitu RumahTBC. RumahTBC menyediakan fitur-fitur inovatif dan menerapkan metode pengolahan citra Xception (Transfer Learning) untuk meningkatkan efektivitas diagnosis dan monitoring pengobatan sebagai upaya preventif dan rehabilitatif penyakit tuberkulosis khususnya di Jawa Tengah. Pembuatan RumahTBC ini diharapkan mampu mengedukasi masyarakat dan pasien mengenai penyakit menular tuberkulosis serta pendeteksian dini dan proses monitoring pengobatan tuberkulosis. Website sebelumnya SobatTB pernah dibangun hanya memiliki keunggulan dalam hal skrining mandiri dan investigasi kontak. Kebutuhan user untuk kegiatan monitoring pengobatan memerlukan peranan penting dari fasilitas kesehatan dan para kader. Inovasi pada website RumahTBC mampu membantu fasilitas kesehatan dan para kader dalam melakukan monitoring pengobatan terhadap user. Manfaat jangka panjang dari RumahTBC adalah sebagai solusi dalam mengurangi angka prevalensi penyakit tuberkulosis untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030. Untuk mewujudkan hal tersebut RumahTBC akan diimplementasikan dalam bentuk aplikasi mobile dan penambahan fitur penyebaran penderita TBC di sekitar pasien TB yang dapat diakses oleh fasilitas kesehatan dan kader. 

 

RumahTBC adalah sebuah layanan kesehatan berbasis website dan Aplikasi untuk memberikan edukasi dan rehabilitasi bagi penderita tuberkulosis. RumahTBC dapat digunakan oleh fasilitas kesehatan, masyarakat umum, dan penderita untuk membantu menurunkan angka prevalensi penyakit tuberkulosis. RumahTBC memiliki potensi fitur dengan berbagai keunggulan inovasi untuk memperkuat pencegahan tuberkulosis, deteksi dini, monitoring pengobatan, chatbot dan edukasi pada masyarakat. Fitur utama RumahTBC adalah monitoring pengobatan bagi penderita tuberkulosis dan pendeteksian tuberkulosis menggunakan rontgen dada (x-ray). Dengan tambahan beberapa fitur di dalamnya membuat RumahTBC menjadi sebuah website dan aplikasi kesehatan yang memiliki inovasi yang lebih unggul daripada penyedia website dan aplikasi tuberkulosis sejenisnya. 

Pembuatan aplikasi serupa seperti SobatTB memiliki beberapa fitur unggulan di dalamnya yaitu skrining mandiri, artikel dan podcast kesehatan, investigasi kontak dan forum komunitas. SobatTB memiliki fitur skrining untuk pendeteksian tuberkulosis, namun fitur ini belum mengimplementasikan sistem Artificial Intelligence dan hanya menggunakan form pertanyaan. SobatTB juga masih memiliki keterbatasan dalam mengetahui informasi riwayat pemeriksaan bagi penderita tuberkulosis. Disisi lain, SobatTB menawarkan fitur unggulan lainnya berupa investigasi kontak yang memungkinkan penderita untuk secara sistematis mengidentifikasi orang yang berkontak dengan penderita tuberkulosis. Berbeda dengan RumahTBC yang mengunggulkan fitur monitoring pengobatan bagi penderita TBC untuk selalu tepat waktu saat meminum obat. Dengan begitu, pengobatan berjalan dengan efektif dan sesuai jadwal, membantu mengurangi penyebaran dan mempercepat proses penyembuhan bagi penderita.  Contohnya lain aplikasi sejenis dengan RumahTBC, yaitu aplikasi atau website Halodoc, tidak bisa melakukan pendeteksian dini tuberkulosis maupun mengakses riwayat pemeriksaan yang sudah terintegrasi dengan informasi pasien tuberkulosis pada fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama dengan RumahTBC. 

RumahTBC berfokus pada aspek pengobatan dan monitoring secara langsung bagi penderita, sementara Sobat TB lebih menekankan pada edukasi masyarakat dan deteksi dini melalui skrining mandiri dan investigasi kontak. Selain itu Halodoc berfokus pada fitur konsultasi untuk penderita. Pengimplementasian Monitoring pengobatan dengan mengintegrasikan riwayat pemeriksaan, pendeteksian tuberkulosis yang inovatif dan menerapkan metode pengolahan citra Xception (Transfer Learning) untuk meningkatkan efektivitas diagnosis menjadi hal yang lebih unggul untuk membantu masyarakat, penderita tuberkulosis, dan fasilitas kesehatan. Dengan langkah yang lebih maju guna meningkatkan efektifitas  untuk penanganan TBC di masa depan. 

Nama : Lulu Nadhiatun Anisa
Alamat : Jl. Mataram No.9, Pesurungan Lor, Kec. Margadana, Kota Tegal, Jawa Tengah
No. Telepon : 0895384257068