Ikan wader dan daun kelor adalah produk pangan lokal yang terdapat di Kabupaten Semarang dan mempunyai nilai gizi yang tinggi, sehingga berpotensi untuk diolah kembali menjadi produk inovasi yang sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang balita stunting. Bubuk Tabur Moriwa (Moringa Wader) merupakan bubuk tabur yang bisa dikonsumsi sendiri atau ditambahkan pada Makanan yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI yang tinggi protein dan antioksidan
Tujuan Mengetahui cara pembuatan Bubuk Tabur Moriwa berbahan dasar tepung ikan wader dan tepung daun kelor serta uji organoleptik bubuk tabur moriwa dengan dua varian rasa yaitu rasa bawang dan rasa keju.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Semarang selama 5 (lima) hari dari tanggal 8 sampai dengan 12 Mei 2023 dan uji organoleptik dilakukan di Community Feeding Center (CFC) Kabupaten Semarang pada tanggal 13 Juni 2023 dengan hasil penelitian bubuk moriwa rasa keju yang disukai.
Hasil uji organoleptik non fisik membuktikan bahwa Bubuk tabur moriwa Rasa Keju dan Bawang keduanya tidak menimbulkan alergi pada responden. Hasil Analisis nilai gizi Bubuk tabur moriwa adalah air 5%, protein 13,917%, lemak 19,506%, karbohidrat 50,769% dan antioksidan 14,586%. Diversifikasi pangan tepung kelor dan ikan wader layak untuk dijadikan sebuah produk inovasi bubuk tabur yang ditambahkan pada MP ASI untuk tumbuh kembang balita gizi kurang dan stunting
Kata kunci: Bubuk Tabur, Inovasi, Moriwa
Masa balita (golden age) terutama pada usia 0 – 23 bulan adalah masa ketika otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan cepat. Pada saat ini diperlukan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, serta antioksidan sebagai daya tahan tubuh terhadap penyakit (Septiari, 2012).
Malnutrisi pada balita akan menghambat tumbuh kembang yang akan berdampak hingga masa dewasa. Hal ini dikarenakan masa balita adalah masa paling penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini, diperlukan vitamin dan mineral dalam jumlah yang tinggi untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kekurangan vitamin, mineral dan antioksidan pada balita akan mengakibatkan balita mudah sakit, terhambat tumbuh dan berakibat kekurangan gizi serta terganggu perkembangan otak dan kecerdasannya.
Berdasarkan data Kabupaten Semarang prosentase angka gizi kurang mengalami peningkatan yang fluktuatif dari 3,14% (tahun 2015) menjadi 3,93% di masa pandemi (tahun 2020). Di masa ini balita akan rentan mengalami penyakit yang akan berdampak pada status gizi di masa yang akan datang.
Upaya Diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti sayur dan hewani merupakan salah satu alternatif untuk penganekragaman dalam pembuatan suplemen alami bagi balita. Diversifikasi produk berbasis sayur dan hewani dapat menghasilkan pangan fungsional yang disamping dapat memenuhi kebutuhan gizi juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.
Bubuk tabur moriwa (Moringa Wader) merupakan bubuk tabur yang bisa dikonsumsi sendiri atau ditambahkan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI karena adanya kebutuhan dan pertumbuhan bayi yang semakin meningkat dan untuk membiasakan bayi pada berbagai macam makanan yang bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk dan nilai gizi. Bahan pembuatan suplemen Moriwa merupakan sumber Protein sedangkan bahan-bahan lainnya ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang kurang dalam bahan utama dan juga berguna untuk menaikkan kadar protein dan lemaknya. Antioksidan berfungsi menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel serta berbagai penyakit (Puspita et al., 2022).
Antioksidan diperlukan bagi balita dan ibu hamil. Hal ini dikarenakan dapat mencegah sel dalam tubuh mengalami kerusakan akibat oksidasi. Selain itu, makanan mengandung antioksidan dapat menjaga sistem imun dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi atau penyakit serta dapat mencegah kejadian gizi kurang pada anak balita. Perbandingan bahan makanan penyusun makanan bayi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi (Hermana 1977 dalam Marta, 2011).
Daun kelor memiliki nama latin Moringa Oleifera. kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman serbaguna dan produktif,, kaya nutrisi, antioksidan dan bisa dijadkan obat. Manfaat dan khasiat daun kelor (Moringa Oleifera) terdapat pada semua bagian tanaman termasuk daunnnya. Kandungan nutrisi yang cukup tinggi menjadikan kelor memiliki sifat fungsional bagi kesehatan serta mengatasi kekurangan nutrisi. Kelor disebut Miracle Tree dan Mothers Best Friend. kelor mengandung mineral, asam amino esensial, antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, zat besi (Fe) dan kaya akan metabolit sekunder lainnya. Hasil uji fitokimia daun kelor menunjukkan adanya tanin, alkaloid, flavonoid, saponin antraquinon, steroid dan triterpenoid yang berperan sebagai antioksidan (Kasolo et al.,2010). kelor banyak mengandung zat besi (Fe), bahkan kandungan zat besi pada daun kelor bubuk misalnya jauh lebih tinggi dari 28,2 mg/100 gram, kandungan nutrisi lainnya juga tinggi seperti vitamin C yang tinggi 7 kali lipat. dari buah jeruk, 4 kali vitamin A dalam wortel, 4 kali kalsium dalam susu, 3 kali kalium dalam pisang, 3 kali zat besi dalam bayam dan dua kali protein dalam yogurt atau telur. Jika daun kelor dikeringkan dan dihancurkan, nutrisinya bisa meningkat berkali-kali lipat, kecuali kandungan vitamin C, kandungan nutrisi dalam daun kelor kering meningkat karena kandungan air dalam daun kelor segar hilang, menguap sebagai nutrisi tersembunyi melepaskan ikatannya sehingga sangat baik dikonsumsi sebagai pengganti untuk mencegah anemia pada ibu hamil (Poltekkes Medan, 2020)
Ikan Wader (Rasbora sp) merupakan ikan khas di Danau Rawapening yang termasuk kedalam komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai jual tinggi. Ikan Wader Ijo memiliki daging yang lezat dengan tekstur yang kenyal namun tidak memiiki duri yang banyak, oleh sebab itu ikan ini sangat digemari oleh masyarakat sekitar untuk dikonsumsi (Dewi, 2005). Ikan wader merupakan ikan air tawar dengan kandungan protein 14.8 g/100g (Zaelani, 2012).
Berdasar data di Kabupaten Semarang masih ditemui juga jumlah ibu hamil KEK sebesar 11,28 % pada tahun 2022. Perpaduan antara Moringa dan Ikan wader juga dapat memberikan manfaat untuk pada ibu hamil KEK terutama karena kandungan protein yang cukup tinggi penting bagi janin yang sehat.
Kandungan gizi yang tinggi tersebut membuat daun kelor dan ikan wader berpotensi untuk diolah kembali menjadi suplemen alami yang dapat diberikan kepada balita gizi kurang sehingga dapat memberikan sumbangan protein yang tinggi untuk mendukung tumbuh kembang balita gizi kurang.
Masa balita merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan. Kerusakan pada periode ini tidak dapat diperbaiki di fase kehidupan berikutnya (irreversible) dan akan memengaruhi outcome kesehatan pada masa anak-anak dan dewasa. Kekurangan gizi yang terjadi pada awal kehidupan dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh (growth faltering) yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, morbiditas, dan mortalitas. Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal memerlukan asupan gizi, pola asuh, dan stimulus yang tepat dan memadai. Begitu juga pada ibu hamil yang membutuhkan protein tinggi dalam rangka pencegahan kekurangan gizi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Bubuk tabur moriwa (Moringa Wader) ditambahkan pada Makanan yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI karena adanya kebutuhan dan pertumbuhan bayi yang semakin meningkat dan untuk membiasakan bayi pada berbagai macam makanan yang bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk dan nilai gizi. Bahan utama dalam pembuatan suplemen Moriwa merupakan sumber energi dalam bentuk karbohidrat sedangkan bahan-bahan lainnya ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang kurang dalam bahan utama dan juga berguna untuk menaikkan kadar protein dan lemaknya. Perbandingan bahan makanan penyusun makanan bayi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi (Hermana 1977 dalam Marta, 2011). Keuanggulan produk suplemen tabur moriwa tinggi protein , lemak, antioksidan yg sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang dalam rangka pencegahan gizi kurang agar tidak berlanjut ke stunting. Produk Taburia Moriwa juga baik bagi ibu hamil karena tinggi protein sebagai salah satu upaya cegah stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Pembuatan suplemen alami yang ditambahkan pada makanan dengan cara ditabur ini merupakan salah satu upaya Diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti sayur dengan kandungan gizi yang tinggi dan hewani sebagai salah satu alternatif untuk penganekragaman dalam pembuatan suplemen alami bagi balita. Keunggulan Suplemen alami dengan penggunaan bahan pangan lokal :
1. Sebagai sumber protein
Bayi usia enam bulan membutuhkan energi dan nutrisi melebihi yang dikandung ASI. Oleh karena itu, ASI saja tidak cukup dan bayi memerlukan makanan pendamping yang bisa ditambahkan suplemen alami semacam Taburia Moriwa. Pada usia ini juga, bayi telah memiliki kemampuan makan. Bila MPASI diberikan secara terlambat atau tidak tepat dengan kandungan gizi terutama protein yang kurang, maka pertumbuhan anak bisa terganggu. MP ASI yang adekuat dilengkapi dengan suplemen seperti vitamin dan mineral yang memadai bagi tumbuh kembangnya. Suplemen alami ini bisa didapatkan dari moriwa. Pada ibu hamil yg mual muntah ( hiperemesis) disarankan makan porsi kecil taburia moriwa sehingga bisa menjadi alternatif makan porsi kecil dengan pilihan berbagai rasa (original, keju dan bawang)
Nama | : | SARY KUSUMAWATI, SKM, M.Gizi |
Alamat | : | Jl YOS SUDARSO RT 007 RW 003 DLIWANG KELURAHAN UNGARAN KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG |
No. Telepon | : | 081390870600 |