Platform pembelajaran daring G-MOOC 4D (Gamified Massive Open Online Course for Disabilities) merupakan inovasi platform kursus yang dirancang khusus untuk mendukung kebutuhan belajar siswa tunanetra. Dalam era digital saat ini, teknologi informasi memainkan peran penting dalam pendidikan, terutama dalam konteks pembelajaran daring. Namun, banyak platform yang ada saat ini belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan siswa dengan disabilitas, termasuk tunanetra. Hal ini memicu kebutuhan untuk mengembangkan solusi yang lebih inklusif dan efektif. G-MOOC 4D dirancang dengan mengintegrasikan fitur voice assistance, voice command, Artificial Intelligence (AI) dan face recognition. Fitur-fitur ini dipilih berdasarkan analisis kebutuhan yang mendalam, yang menargetkan hambatan spesifik yang dihadapi siswa tunanetra saat menggunakan platform pembelajaran daring konvensional. Dengan fitur ini, platform G-MOOC 4D diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan fleksibilitas siswa tunanetra dalam mengakses materi belajar, sehingga memungkinkan mereka untuk belajar secara mandiri. Selain itu, untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, platform ini juga mengadopsi kerangka kerja MARC (Motivation, Achievement, Rewards, dan Competition). Kerangka kerja ini memungkinkan siswa untuk merasa lebih terlibat dan termotivasi untuk menyelesaikan kursus daring mereka. Secara keseluruhan, tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan lingkungan belajar daring yang lebih inklusif dan efektif bagi siswa tunanetra. Dengan G-MOOC 4D, diharapkan siswa tunanetra dapat memiliki pengalaman belajar yang lebih baik dan merasa lebih termotivasi untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam mendukung hak setiap orang atas pendidikan yang layak, sesuai dengan Pasal 31 ayat 1 UUD 1945. Dengan demikian, platform ini tidak hanya memberikan solusi teknologi, tetapi juga menyumbang pada pemenuhan hak asasi manusia
Teknologi informasi memiliki peranan penting dalam pembelajaran daring. MOOC (Massive open online course) adalah salah satu teknologi informasi yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran daring. MOOC merupakan bentuk pembelajaran daring melalui teknologi web yang memberikan akses kepada pengguna untuk memperoleh pengelaman belajar melalui internet (Ip et al., 2019; Ntourmas et al., 2022; Y. Tian et al., 2021).
Tuna netra merupakan salah satu jenis disabilitas yang banyak disandang oleh anak usia sekolah. Berdasarkan sensus di area Jawa Tengah dari BPS tahun 2021 terdapat 1.626 jiwa anak usia sekolah yang menyandang tuna Netra, Jawa Timur sejumlah 5.987 jiwa penduduk pada tahun 2019 dan 3.650 jiwa penduduk di provinsi Jawa Barat pada tahun 2021. Anak usia sekolah penyandang tuna Netra membutuhkan dukungan teknologi khusus agar mempu mengikuti proses pembelajaran, salah satunya apabila menggunakan teknologi pembelajaran daring seperti Learning Management System (Schimmelpfeng & Ulbricht, 2021).
Menurut Veljanovska et al, (2020) terdapat beberapa kategori tuna Netra, seperti buta total, buta Sebagian, dan buta warna, penting bagi platform LMS atau MOOC untuk mempertimbangkan antarmuka pengguna (UI) dan pengalaman pengguna (UX) agar penyandang disabilitas penglihatan dapat mengakses dan memanfaatkan platform tersebut. Pedoman Aksesibilitas Konten Web (WCAG) menyediakan empat prinsip utama untuk memastikan aksesibilitas konten web bagi pengguna dengan disabilitas, menekankan pentingnya menyediakan konten yang dapat dilihat, dapat dioperasikan, dapat dipahami, dan cukup kuat untuk diakses oleh teknologi bantu. Oleh karena itu, platform LMS atau MOOC perlu mengikuti prinsip-prinsip ini untuk menyediakan pengalaman belajar yang baik bagi penyandang disabilitas, termasuk menyediakan deskripsi alternatif untuk gambar dan media lainnya, memastikan kontras yang cukup antar teks dan latar belakang, membuat konten dapat dioperasikan melaui penggunaan keyboard dan navigasi yang jelas, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan struktur yang jelas, dan memastikan kompabilitas dengan teknologi bantu dan perangkat yang berbeda.
Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas Pendidikan dan pembelajaran yang layak, termasuk penyandang disabilitas (Anon 1945). Namun, LMS yang ada belum sepenuhnya mendukung kebutuhan pembelajaran siswa berkebutuhan khusus, seperti tuna netra. Penelitian telah menunjukan bahwa LMS perlu disesuaikan agar dapat diakses oleh siswa tuna netra, serta memiliki fitur pembelajaran yang menarik dan interaktif. Bebarapa penelitian telah mencoba untuk menganalisis berbagai LMS yang ada untuk melihat kebutuhan yang diperlukan bagi pengembangan LMS bagi tuna netra. Misalnya Krolak and Zajac (2022) menganalisis tingkat aksebilitas terhadap platform Coursera menggunakan web content accessibility guidelines (WCAG), hasilnya didapatkan platform pembelajaran yang besar seperti coursera masih belum mendukung pengguna dengan disabilitas. Selain itu, menurut Ferati, Mripa, dan Bunjaku (2016) dari sisi konten yang ada pada kebanyakan LMS masih berupa video, teks, dan gambar serta file PDF yang diunggah, sehingga diperlukan metode pendistribusian konten yang ramah bagi penyandang tuna netra. Namun, masalah aksesibilitas dan konten yang ramah tuna Netra masih menjadi tantangan dalam pengembangan LMS yang dapat membantu siswa berkebutuhan khusus.
Beberapa peneliti telah mencoba membuat media pembelajaran interaktif berbasis gamifikasi untuk membantu penyandang tuna Netra, seperti yang dilakukan oleh Sari et al. (2019) dan Ramos Aguiar and Alvarez Rodriguez (2021). Sari et al. membangun sebuah aplikasi penyandang tuna Netra, yang meningkatkan minat dan semanat belajar meraka. Namun, aplikasi tersebut belum memiliki sistem management konten yang memungkinkan diedit atau ditambah oleh guru. Ramos Aguilar and Alvarez Rodriguez mengembangkan sebuah aplikasi pembelajaran interaktif menggunakan objek nyata dengan gamifikasi yang membantu mengajar matematika dan geometri untuk orang buta. Meskipun berhasil membangun sebuah aplikasi yang interaktif, aplikasi tersebut juga belum memiliki sisitem management konten yang memungkinkan pengeditan atau penambahan materi pembelajaran oleh guru.
Inayatulloh et al. (2022) mengembangkan sistem e-learning untuk individu tunanetra guna memfasilitasi transfer ilmu yang efektif dan efisien. Sistem tersebut mengelola seluruh aspek proses pembelajaran, termasuk data, guru, materi kursus, jadwal, dan lain sebaginya. Bagian kedua dari model tersebut melibatkan konversi materi kuliah dari sebuah database menjadi file audio untuk individu tuna netra. Felix et al. (2018) menerapkan Kecerdasan Buatan untuk membantu individu buta dan tuna netra dalam menyelesaikan masalah sehari-hari melalui sebuah aplikasi seluler android yang berfokus pada sistem suara, pengenalan gambar, pengenalan mata uang, e-book, bot obrolan, dan lain-lain. Aplikasi tersebut memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka menggunakan perintah suara dan menganalisis teks untuk mengenali teks dalam dokumen hard copy. Menurut Begazo et al. (2022), individu tuna netra menghadapi hambatan aksesibilitas yang berbeda saat belajar bahasa kedua melaui kelas virtual, dan mereka tidak dioptimalkan untuk membaca beberapa bahasa sekaligus. Oleh karena itu, sebuah Learning Managament System (LMS) dengan desain minimalis dan mudah diakses serta asistem suara terintegrasi diusulkan untuk memberikan dukungan pengejaran bahasa yang lebih efisien dan efektif.
Platform-platform LMS dan MOOC yang ada saat ini masih belum ramah terhadap penyandang disabilitas, khususnya tuna netra. Studi sebelumnya menunjukan adanya kebutuhan untuk mengembangkan platform baru lebih mudah diakses bagi peserta didik tuna netra. State of the Art dalam studi ini adalah pengembangan platform baru yang disebut G-MOOC 4D (Gamifed Massive Open Online Courses for Disabilities) yang dirancang berdasarkan framework MARC untuk menjadi lebih mudah digunakan oleh peserta didik tuna netra. Oleh karena itu, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan motivasi belajar penyandang disabilitas tuna netra melalui Platform G-MOOC 4D dengan mengintegrasikan fitur voice assistance, voice command, dan face recognition?”
G-MOOC 4D memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan G-MOOC pada umumnya. Keunggulan tersebut yakni:
(1) Fitur Gamifikasi: Fitur ini mengintegrasikan elemen permainan pada fasilitas pembelajaran online untuk meningkatkan motivasi siswa tunanetra dalam mengikuti proses pembelajaran dan evaluasi pada G-MOOC 4D;
(2) Fitur Voice Assistant: Fitur voice assistant pada prototipe G-MOOC 4D digunakan untuk memberikan informasi audio kepada penyandang tuna netra; dan
(3) Fitur Voice Command: Fitur voice command diterapkan pada prototipe aplikasi G-MOOC 4D agar penyandang tuna netra dapat memberikan perintah suara pada aplikasi
Nama | : | Soleh Nur Hayat, S.Kom |
Alamat | : | Desa Sidakangen Rt 08 Rw 04 Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga |
No. Telepon | : | 085702015553 |