Mungkin tidak semua orang pernah berpikir tentang ini. Kemana perginya sampah bumbu rempah sisa proses masak ayam/bebek atau jenis lainnya yang diproduksi setiap hari, khususnya pada restoran yang membuat dalam skala besar. Apakah restoran sudah mempunyai cukup mekanisme pengolahannya, atau jangan-jangan, dibuang di sembarang tempat?
Paguyuban bank sampah kecamatan Bandongan mendapat keluhan dari salah owner restoran dengan menu utama ayam ungkep terkait persoalan pengolahan sampah. Sampah sisa dari proses memasak ayam ungkep yang merupakan campuran dari berbagai jenis bumbu rempah yang disatukan dengan minyak lama-lama menjadi masalah. Pada awalnya, sudah ada rekanan yang mengambil sampah tersebut untuk diolah sebagai salah satu bahan baku pakan ternak. Tetapi syaratnya, sisa bumbu tersebut harus bebas dari minyak. Hal tersebut belum bisa diatasi oleh si empunya restoran.
Tim bank sampah induk mengambil kesempatan besar ini menjadi peluang emas. Kami mencoba mengolah sisa bumbu tersebut menjadi pelet ikan. Kami juga menambahkan campuran maggot sebagai tambahan gizi (protein) pelet tersebut. Hasilnya sangat memuaskan.
Kami masih terus mengembangkan agar pelet ini bisa dijadikan salah satu produk unggulan di bank sampah induk untuk kemudian kami tularkan ke teman-teman di bank sampah lain. Selain bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi lingkungan, proyek ini memiliki jaminan jangka panjang terkit keberlanjutan bahan bakunya. (Kata kunci : sampah, bumbu rempah, pelet, organik, Perah)
Suatu “frenchise” restoran ayam ungkep yang memiliki puluhan gerai di beberapa kota di Indonesia mempunyai rumah produksi di Magelang. Seluruh proses produksi tersebut dilakukan di dapur di Magelang. Setiap hari, ribuan menu ayam ungkep diproses dan dikirim ke berbagai gerai mereka.
Masalah muncul ketika mereka sudah tidak mampu lagi mengolah sampah sisa bumbu dari proses memasak ayam tersebut. Ayam tersebut dimasak dengan berbgai campuran bumbu rempah. Selama proses pengolahan, bumbu tersebut bersatu dengan minyak.
Limbah bumbu tersebut pada awalnya sudah diolah melalui sistem pengolahan limbah di restoran tersebut. Akan tetapi, mekanisme pengolahan tersebut tidak bisa memroses limbah rempah dengan sempurna karena sudah tercampur dengan minyak.
Pada awalnya, restoran sudah mendapatkan rekanan yang mau mengambil limbah tersebut sebagai bahan pakan ternak. Masalah yang sama muncul di kemudian hari. Mereka hanya mau mengambil limbah tersbut jika sudah tidak berminyak.
Hal itulah yang kemudian menginisiasi pemilik untuk berkonsultasi dengan paguyuban bank sampah kecamatan Bandongan. Pada pertemuan tersebut mereka menjelaskan problematika mereka dan ditanggapi dengan serius oleh teman-teman paguyuban.
Paguyuban yang dimotori oleh fasilitator bank sampah, Khusni, kemudian mencoba berbagai alternatif untuk bisa mengolah limbah tersebut. Hasilnya, kami bisa membuat mesin yang bisa mengeringkan minyak dari limbah tersebut untuk kemudian kami olah menjadi pelet.
Bahan dasar yang merupakan rempah-rempah mempermudah proses pembuatan pelet. Untuk menambah nilai gizi pada pelet tersebut, kami tambahkan campuran dari maggot yang sudah kami budidayakan sebelumnya. Pelet ini, kami yakini, lain dari yang lain. PERAH, PELET REMPAH.
Secara ide dan gagasan, sebenarnya program/kegiatan yang kami laksanakan adalah hal baru. Kami yakin produk kami akan bisa sukses di pasaran karena;
Nama | : | Bank Sampah Induk Tarudan Lestari |
Alamat | : | Dusun Tarudan Desa Sukosari Kecamatan Bandongan kabupaten Magelang |
No. Telepon | : | 085643289920 |