Potensi musik independen di Indonesia, khususnya di daerah, merupakan sebuah area yang belum sepenuhnya tergarap dengan baik. Para musisi di daerah memiliki bakat dan kreativitas yang luar biasa namun seringkali terbatas dalam hal akses, kurasi, branding, dan publikasi karya mereka. Dalam mengemas karya musik, para musisi independen di daerah membutuhkan dukungan dari label musik independen di daerah yang mampu mengisi kekosongan tersebut, yang tentunya memiliki visi yang sama. Label musik independen dapat berperan penting dalam mengkurasi karya-karya musisi di daerah, membantu mereka memilih dan menyempurnakan materi yang akan dipublikasikan. Dengan kurasi yang baik, kualitas musik yang dihasilkan dapat lebih terjaga, sehingga dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat. Selain itu, label musik juga dapat membantu dalam membranding persona para musisi, menciptakan identitas yang kuat dan membangun fanbase yang lebih baik. Publikasi karya juga merupakan aspek penting dalam memaksimalkan potensi musik independen di daerah. Maka dari itu, Belantara22 Records akan mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut. Belantara22 Records merupakan sebuah label musik independen yang menawarkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para musisi di daerah. Sejak berdiri pada tahun 2013, Belantara22 Records telah menetapkan fokusnya pada merilis musik dengan genre yang di luar batas konvensional, seperti musik eksperimental yang jarang tersentuh oleh budaya pop. Visi label ini adalah untuk menghadirkan karya-karya yang segar dan memperkenalkan budaya baru di Indonesia melalui alur musik yang tidak biasa. Menghadapi tantangan dalam memaksimalkan potensi musik independen di daerah, Belantara22 Records ingin menjadi agen perubahan yang mengkurasi dan membranding persona para musisi di daerah.
Belantara22 Records sebagai label rekaman independent telah merilis mini album dari band punk “Nation of Sarcasm” alias NOS asal Depok Jawa Barat, dalam format CD pada tahun 2013. Selain itu juga merilis mini album dari band scremo asal Yogyakarta yang bernama LKTDOV dalam format vinyl atau piringan hitam pada tahun 2018. Menurut Philip Kotler (2002:449), piringan hitam termasuk dalam barang yang tahan lama dikarenakan medianya yang awet dibandingkan CD ataupun kaset. Produk piringan hitam tersebut juga masuk ke dalam kategori specially products dikarenakan karakteristiknya yang unik dan dicari oleh pembeli tertentu, sehingga para calon konsumen mau mengeluarkan usaha khusus untuk memperolehnya (Kotler dan Armstrong, 2001:349-350). Menurut George dan Michael Belch terdapat enam elemen di dalam promotional mix yaitu advertising, sales promotion, public relations, personal sellings, direct markting dan internet marketing. Sedangkan Belantara22 Records menggunakan internet marketing, public relations dan sales promotion pada promosinya.
Belantara22 Records melakukan promosi terhadap produk dan kegiatan yang dilakukan untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas. Selain itu juga untuk memberikan edukasi para konsumen agar mereka lebih banyak dalam dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan dan untuk mengubah citra perusahaan di mata masyarakat. Ketiga tujuan tersebut sesuai dengan konsep dari Morrisan dalam buku Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Selain itu, sejak tahun 2013 hingga 2021, Belantara22 Records rutin merilis album dari The Kiriks. The Kiriks adalah proyek eksperimental yang dikurasi oleh Belantara22 Records. Berikut ini rekam jejak digital diskografinya:
Secara operasional, label musik independent Belantara22 Records berfungsi sebagai penyebar informasi kepada khalayak di internet. Apabila ada album yang hendak dirilis ulang dengan format piringan hitam, CD, kaset atau digital, Belantara22 Records akan menyampaikan informasi melalui media sosial dan blog serta kemudian mengunggahnya di marketplace. Dapat dikatakan, Belantara22 Records merupakan label idealis yang bekerja sesuai dengan selera dari pemilik tunggalnya. Hal yang utama yang ditekankan oleh label ini adalah adalah dapat merilis album favorit dan dapat dinikmati oleh calon konsumen. Belantara22 Records selalu merilis album band yang non-mainstream, untuk selanjutnya diperkenalkan pada masyarakat luas.
Perbedaan Major Label dan Independent Label
Seperti diketahui bahwa major label adalah perusahaan rekaman besar yang mampu mencakup wilayah internasional. Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan bisnis rekaman internasional adalah dengan melihat empat perusahaan rekaman terbesar yaitu Universal, Sony BMG, Warner, dan EMI, bahkan sebagian berbasis di Amerika Serikat dan di Inggris. Perusahaan besar berkonsentrasi mengambil musik hits Amerika dan Inggris dan membuatnya menjadi sukses diseluruh dunia (Turow, 2009).
Banyak kritik menyuarakan keprihatinan atas konglomerasi dan internasionalisasi dalam bisnis musik, kekhawatiran yang berpusat pada nilai budaya musik tradisional. Para konglomerat biasanya tidak memberontak dalam selera budaya mereka dan mereka juga biasanya tidak mau mengambil risiko terhadap ide-ide baru. Homogenisasi budaya merupakan hal mengkhawatirkan yang mempengaruhi dunia rekaman yang dikendalikan oleh beberapa raksasa yang berorientasi pada keuntungan. Jika musisi atau artis tidak memiliki potensi, mereka tidak ditandatangani. Jadi seniman menjadi turunan dan kelompok manufaktur mendominasi (Baran, 2013).
Sedangkan label rekaman independen biasanya dianggap sebagai perusahaan yang tidak dimiliki oleh label besar atau konglomerat. Definisi semacam itu cukup luas, mencakup segala sesuatu dari label kecil dengan beberapa musisi yang memasarkan rekaman pada tingkat lokal atau regional. Sebuah label dengan musisi yang mendistribusikan secara nasional melalui distributor independen, atau label yang rekamannya didistribusikan oleh label besar tetapi bukan bagian atau dimiliki label besar tersebut. Beberapa orang menganggap bahwa label independen yang pendistribusiannya melalui label besar bukanlah “indie sejati”, karena tidak didistribusikan melalui distributor independen, tetapi saat ini label apa pun yang tidak dimiliki oleh label major berhak atas sebutan “indie” (Hull et al., 2010).
Label independen berfokus pada hal baru atau memiliki minat pada genre yang khusus dan memiliki peran penting dalam menemukan bakat baru. Kemajuan teknologi menghembuskan kehidupan baru dalam sektor ini. Alat instrumen dan perekam yang relatif murah memungkinkan lebih banyak musisi untuk memproduksi musik yang berkualitas tanpa studio rekaman yang profesional (Kung, 2008).
Salah satu alasan munculnya perusahaan independen adalah bahwa teknologi rekaman digital pribadi yang baru dengan harga terjangkau telah memungkinkan perusahaan kecil untuk memproduksi CD. Ketersediaan teknologi ini telah menyebabkan kemunculan rekaman independen. Banyak perusahaan produksi kecil yang mengedarkan produk mereka ke toko atau menjualnya langsung di web atau di konser yang berhubungan dengan distributor utama (Turow, 2009).
Harapan Belantara22 Records
Belantara22 Records memiliki visi yang jauh ke depan, yaitu menjadi sebuah label musik independen yang berkelanjutan (sustainable) dalam jangka panjang. Untuk mencapai tujuan ini, label ini mengambil langkah-langkah strategis yang mengutamakan pertumbuhan yang berkelanjutan dari segi ekonomi. Dari segi ekonomi, Belantara22 Records berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menjalankan operasionalnya dengan menghormati nilai-nilai etika dalam industri musik.
Selain itu, dari segi dampak sosial, Belantara22 Records aktif dalam membangun hubungan yang baik dengan komunitas musik lokal dan masyarakat di sekitarnya. Belantara22 Records akan terlibat dalam berbagai kegiatan komunitas.
Masalah di Masyarakat
Beberapa masalah yang dihadapi oleh sebagian besar musisi-musisi lokal adalah strategi promosi, kendala produksi dan apresiasi masyarakat. Padahal kualitas musik lokal independen tidak kalah dengan musik-musik lain. Sehingga dari potensi-potensi yang sudah ada ini perlu dikemas dalam sebuah bentuk kemasan yang lebih segar supaya musik-musik lokal independen lokal bisa dinikmati oleh lebih banyak orang dan musisi lokal independen Surabaya bisa terus aktif berkarya (Mevilia et al, 2021).
Beberapa riset juga menganalisis relevansi kritik Adorno terhadap musik populer di Indonesia dengan melihat konteks ekonomi politik yang mengitarinya. Penelitian menunjukkan bahwa kritik Adorno tentang bagaimana musik menjadi komoditas masih relevan untuk digunakan dalam memahami sebagian besar kasus di industri musik Indonesia, tetapi belum dapat merepresentasikan karakteristik semua musisi Indonesia. Ini karena walaupun kebanyakan musik di Indonesia dijadikan sebagai alat utama untuk memperoleh keuntungan, tapi di sisi lain terdapat pula ragam musik dengan genre unik yang dibawakan oleh para musisi yang tidak mengikuti logika dan ciri khas musik populer seperti yang dikemukakan oleh Adorno (Melinda et al, 2021).
Penelitian lain juga menunjukkan alur komunikasi pemasaran berbasis komunitas yang dilakukan oleh musisi indie tidak seperti musisi mainstream yang mempunyai akses ke media yang leluasa. Musisi indie justri perlu menyiasati kondisinya yang penuh keterbatasan dengan menerapkan sistem pemasaran yang efektif (Geminia et al, 2021).
Keunggulan Inovasi
Nama | : | Hardiat Dani Satria |
Alamat | : | Desa Tanjungmojo RT 1 RW 3, Dukuh Gambiran, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. 51353. |
No. Telepon | : | 081390864062 |