Individu berkebutuhan khusus adalah pihak yang memiliki kerentanan dikarenakan disabilitasnya dan rentan mendapatkan tindakan diskriminasi karena dipandang lemah. Berdasarkan keadaan tersebut penyandang disabilitas fisik mengalami stres karena merasa menjadi korban, ketakutan akan masa depan, rendah diri, kesulitan berinteraksi sosial, merasa kurang dicintai, dan kurang menerima diri, sehingga berakibat pada rendahnya well being pada disabilitas. Melalui inovasi ini, peneliti mengembangkan well being assessment berbasis digital bagi disabilitas agar mampu menangani dan memberikan intervensi bagi untuk mengelola diri dan menghadapi lingkungannya. Keunggulannya adalah bahwa media assessment ini dapat digunakan dimana saja dan kapan saja dengan melakukan penjadwalan konseling kepada konselor. Well Being Assessment diterapkan dan digunakan oleh para penyandang disabilitas baik di sekolah formal maupun non formal. kendala yang dialami dalam pengembangan inovasi ini adalah penyusunan instrumen yang valid agar tidak terjadi bias budaya. Peluang yang dihasilkan dari pengembangan inovasi Well Being Assessment berbasis digital bagi disabilitas ini adalah bahwa kebutuhan kesehatan mental saat ini menjadi suatu menarik dan memerlukan perhatian khusus bagi yang membutuhkan, sehingga dengan assessment berbasis digital ini akan memudahkan setiap pengguna dalam mengakses Well Being Assessment berbasis digital.
Kata Kunci: Well Being Assessment, Digital, Disabilitas
Well being (kesejahteraan) merupakan bagian dari pengembangan psikologi positif, yaitu suatu keadaan dimana seseorang percaya bahwa hidupnya berjalan dengan baik, individu mampu mengatur diri bahwa semua aspek kehidupannya secara signifikan dan menyenangkan yang menggambarkan hubungan bermakna dan memuaskan. Istilah ini belum banyak digunakan di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan. Kurangnya perhatian individu dalam memahami well being yang ada pada diri akan mengganggu perkembangan diri. Kebermaknaan well being menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya satu pihak saja di sekolah maupun pada pendidikan non formal.
Kabupaten Tegal memiliki keberagaman kondisi fisik dan psikologis yang ada individu dan majemuk salah satunya yaitu keberadaan anak usia sekolah yang mengalami disabilitas fisik. Perlu adanya pendampingan psikologis pada anak usia sekolah khususnya penyandang disabilitas dalam meningkatkan well being (kesejahteraan) diri agar mampu menerima diri, kebahagiaan, emosi yang menyenangkan, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tidak adanya suasana hari dan emosi yang tidak menyenangkan.
Permasalahan penyandang disabilitas terus meningkat seiring meningkatnya tekanan dari lingkungan sosial. Penyandang disabilitas terus mengalami keterbatasan karena ada yang salah dengan cara pandang masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada disabilitas Kabupaten Tegal yang mengalami disabilitas diperoleh fakta bahwa penyandang disabilitas fisik memiliki fungsi fisik yang berbeda, keterbatasan fungsi fisik, ketergantungan kepada orang lain, stigma dan sikap negatif lingkungan, akses pekerjaan lebih sulit, membutuhkan biaya yang lebih mahal, dan kehilangan peran. Fakta-fakta tersebut membuat penyandang disabilitas fisik mengalami stres karena merasa menjadi korban, ketakutan akan masa depan, rendah diri, memiliki konsep diri rendah, kesulitan berinteraksi sosial, merasa kurang dicintai, dan kurang menerima diri, sehingga berakibat pada rendahnya well being masyarakat disabilitas, hal ini juga terjadi di tingkat satuan pendidikan, siswa yang mengalami disabilitas memiliki perasaan minder dan menarik diri. Melalui inovasi ini, peneliti mengembangkan assessment well being bagi disabilitas agar mampu menangani dan memberikan intervensi bagi untuk mengelola diri dan menghadapi lingkungannya.
Sejalan dengan amanat Perda Kabupaten Tegal Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, maka setiap stakeholders harus bisa mengadvokasikannya agar implementatif dan konkrit dampaknya pada perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas di Kabupaten Tegal. Perlunya pendampingan untuk mengembangkan well being bagi penyandang disabilitas. Untuk dapat melakukan pendampingan maka konselor harus melakukan identifikasi kebutuhan (need assessment) menggunakan instrumen assessment well being. Penyandang disabilitas yang memiliki kepuasan terhadap kondisi lingkungannya baik sekolah maupun lingkungan tempat tinggal, maka akan merasa nyaman dan efektif dalam belajar dan beradaptasi.
Penggunaan well being assessment pada disabilitas akan membantu masyarakat penyandang disabilitas baik pada sekolah formal maupun non formal untuk mengukur kesejahteraan (well being) pada diri individu sehingga memiliki kebermaknaan hidup dan memiliki kebahagiaan. Melalui identifikasi menggunakan well being assessment ini akan membantu konselor atau penyuluh kesehatan mental untuk memberikan intervensi berupa layanan konseling dalam membantu meningkatkan well being.
Produk ini dikembangkan berdasarkan analisis indikator Psychological Well Being yang disusun dalam bentuk item pertanyaan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari bagi pengguna khususnya disabilitas agar mudah dipahami. Well Being Assessment berbasis digital, memiliki keunikan karena karena mudah diakses dan dapat dikerjakan dimanapun dan kapanpun, sedangkan intervensi konseling dilakukan dengan memberikan jadwal pertemuan untuk melakukan konseling bagi disabilitas. Assessment ini dibuat untuk mengukur tingkat well being individu dengan disabilitas.
Nama | : | Sugiarto Fajar, S.Pd |
Alamat | : | Jl. Cempaka No.1 Rt.4/2 Pakembaran Slawi Kab. Tegal |
No. Telepon | : | 089655452537 |