Bonus demografi memberikan keuntungan perekonomian dengan pemanfaatan sumber daya, ekonomi dan teknologi. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kapasitas intelektual dapat diakibatkan oleh gangguan pertumbuhan yang disebut sebagai stunting. Stunting dipengaruhi oleh faktor gizi buruk sebesar 40%, sedangkan faktor yang lebih besar yaitu 60% berasal dari air dan sanitasi yang masih dibawah standar. Program penanganan stunting sebagian besar hanya berfokus pada gizi buruk dan kurang memperhatikan mengenai kualitas air bersih dan sanitasi. Air bersih dan sanitasi dapat tercemar oleh bakteri Escherichia Coli yang menjadi indikator kualitas air bahwa keberadaannya harus sebesar 0 CFU/100 ml. Mengkonsumsi air yang tercemar atau terkontaminasi oleh bakteri secara jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya infeksi pencernaan dan stunting. Oleh karena itu, periode dari 1000 hari pertama sejak pembuahan sangat penting untuk memastikan pertumbuhan optimal dan kesehatan anak secara keseluruhan dengan menghindari konsumsi air yang tercemar. Kekurangan nutrisi dan infeksi selama periode awal kehidupan dapat menghambat pertumbuhan fisik sehingga proses stunting sudah dapat terjadi sejak janin dalam kandungan. Inovasi INSTING IBU bertujuan membantu dalam penanganan stunting melalui sebuah sistem yang dapat memantau secara keberlanjutan kualitas air minum terutama yang akan dikonsumsi oleh ibu hamil. Sistem ini dapat mendeteksi adanya potensi bakteri Escherichia Coli dalam air. Dalam inovasi ini diharapkan dapat membantu dalam penanganan stunting secara dini sejak mulai dari pembentukan janin pada ibu hamil. Selain itu, sistem terhubung langsung dengan internet dan dapat berbagi data informasi ke berbagai server sehingga dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun serta dapat mempercepat proses pencegahan stunting dengan lebih awal.
- masalah atau kebutuhan di masyarakat
Indonesia merupakan negara berkembang yang meiliki potensi yang besar untuk menjadi negara dengan status sebagai negara maju. Beberapa faktor yang mendukung antara lain adalah sumber daya alam yang melimpah, ekonomi yang terus berkembang, dan infrastruktur yang terus di tingkatkan. Faktor lainnya adalah bonus demografi yang diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2030-2040 (Nuryani et al., 2022). Bonus demografi memberikan keuntungan perekonomian suatu wilayah karena di usia produktif dapat menjalankan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya dan teknologi. Jumlah penduduk produktif yang besar memberikan tenaga kerja, pelaku usaha, dan konsumen yang sangat berkontribusi dalam percepatan pembangunan dan ekonomi. Namun bonus demografi bisa jadi tidak menguntungkan jika kualitas penduduknya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kapasitas intelektual bisa terjadi salah satunya akibat gangguan pertumbuhan (Suci Prasasti, 2020). Secara umum gangguan inilah yang disebut sebagai stunting.
Berdasarkan data badan pusat statistik prosentase balita pendek (sebagai salah satu indikator stunting) meningkat dari 18,9% pada tahun 2015 menjadi 19,3% pada tahun 2018. Selain itu, proporsi berat badan lahir rendah (< 2500 gram / BBLR ) mengalami kenaikan dari 5,7% pada tahun 2013 menjadi 6,2% pada tahun 2018. Panjang badan lahir kurang dari 48 cm mengalami peningkatan dari 20,2% pada 2013 menjadi 22,7% pada 2018. Data yang lain juga menunjukan, ibu hamil dan balita yang belum mendapat program makanan tambahan (PMT) masih tinggi masing – masing 74,8% dan 59% (Satriawan, 2018)
Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa program penanganan stunting masih perlu ditingkatkan. Belum efektif dan efesiennya pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan sumber dana juga berkontribusi dalam perlambatan penanganan stunting. Jika kondisi ini terus berlanjut maka bonus demografi yang menjadi kekuatan Indonesia untuk menjadi negara maju sulit tercapai. Bonus demografi dengan SDM yang rendah membuat Indonesia sulit bersaing dikancah dunia dan berdampak pada penurunan produk domestik bruto Indonesia (PDB) di masa depan.
Dari uraian di atas pemerintah menyadari bahwa penanganan stunting menjadi satu hal yang penting, sehingga pada 9 Agustus 2017 Wakil Presiden RI telah menetapkan 5 Pilar dalam Pencegahan Stunting. Selain itu, pada tahun 2022 pemerintah Indonesia telah menggelontorkan dana sebanyak Rp44,8 triliun untuk menanggulangi stunting (Humas, n.d.) Dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah tersebut prevalensi stunting di indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022, atau terjadi penurunan 2,8% dalam setahun (Rahmadani & Lubis, 2023)Di sisi lain pemerintah menargetkan bahwa pada tahun 2024 jumlah Stunting berada pada angka 14%. Dengan data di atas jika penurunan per tahun 2,8% maka pada awal tahun 2024 hanya akan tercapai target 18,8%. Dengan demikian, perlu peningkatan program percepatan penanganan Stunting.
Untuk mengkaji hal ini penulis mencoba menggali informasi lebih dalam mengenai stunting. Penulis menemukan data bahwa menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes) faktor gizi buruk sebetulnya hanya menyumbang 40% sebagai penyebab stunting, sedangkan faktor yang lebih besar 60% justru berasal dari sanitasi yang buruk (Nirmalasari, 2020) Sampai saat ini program penanganan stunting sebagian besar memang hanya berfokus pada gizi buruk dan mengesampingkan kualitas air bersih dan sanitasi. Hal ini juga yang mungkin menyebabkan pencapaian program penanganan stunting belum maksimal. Dengan data tersebut diusulkan terobosan baru melalui diversifikasi penanganan stunting dalam hal pemantauan kualitas air bersih dan sanitasi.
Untuk melihat kualitas air yang selama ini digunakan oleh masyarakat dapat dilihat dari data yang dirilis oleh BPS pada tahun 2018 menunjukkan tingkat kontaminasi bakteri dari sumber air di 10 provinsi Indonesia cukup signifikan (Amalia & Huda, 2020) Beberapa faktor yang dapat menyebabkan pencemaran pada air bersih antara lain kebocoran pipa, aktivitas manusia, dan proses alam. Timbulnya kebocoran pada saluran pipa dapat menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam air dan mencemarinya (Linda et al., 2020)Salah satu bakteri yang terdapat pada air yang tercemar adalah bakteri Escherichia Coli. Escherichia Coli merupakan bakteri indikator kualitas air dimana keberadaannya mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses. Air yang tercemar oleh bakteri, virus, atau parasit dapat menyebabkan diare dan infeksi lainnya, yang dapat mengurangi penyerapan nutrisi. Jika mengacu dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2023 mengenai air bersih, maka jumlah bakteri Escherichia Coli sebesar 0 CFU/100 ml atau dengan kata lain tidak boleh ada sama sekali.
Periode dari 1000 hari pertama sejak pembuahan sangat penting untuk memastikan pertumbuhan optimal dan kesehatan anak secara keseluruhan. Kekurangan nutrisi dan infeksi selama periode awal kehidupan ini menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif yang optimal, yang implikasinya berlanjut hingga dewasa (Ahmed et al., 2016; Aziz et al., 2023; Chowdhury et al., 2020; Semba et al., 2008). Studi ini menemukan bahwa ibu hamil yang sudah mengalami infeksi bakteri Escherichia Coli memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yang berpotensi stunting. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses stunting sudah terjadi sejak janin dalam kandungan. Dalam salah satu penelitian bakteri Escherichia Coli memiliki resiko infeksi yang lebih tinggi terhadap munculnya stunting. Penelitian ini dirancang untuk menyelidiki hubungan antara strain patogen Escherichia Coli dengan tempat berkembang mikrobiota dalam usus anak-anak yang mengalami pertumbuhan terhambat. Sebanyak 64 sampel tinja dikumpulkan dari anak-anak berusia ≤ 5 tahun, dan diproses untuk isolasi dan karakterisasi molekuler diareagenik Escherichia Coli. Analisis diferensial telah menunjukkan bahwa Escherichia-Shigella dan Enterococcus diubah untuk anak-anak dengan pertumbuhan terhambat. Dengan kata lain, bakteri Escherichia Coli dapat menginfeksi saluran pencernaan anak-anak sehingga mengganggu pertumbuhannya atau disebut stunting.
Berdasarkan permasalahan diatas, dalam rangka penanganan stunting diperlukan sebuah sistem yang mampu memantau secara keberlanjutan kualitas air minum terutama yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Oleh sebab itu, dalam proposal ini diajukan gagasan membangun sebuah sistem pendeteksi potensi bakteri Escherichia Coli dalam air. Diharapkan dengan keberhasilan rancangan ini akan membantu penanganan stunting secara dini sejak mulai dari pembentukan janin pada ibu hamil.
- Solusi yag ditawarkan
Salah satu pemeriksaan bakteriologis air adalah dengan metode hidrogen sulfide/H2S adapun yang melatar belakangi metode pemeriksaan ini antara lain adanya keberadaan bakteri coliform didalam air diasosiasikan dengan organisme penghasil H2S(Allen & Geldreich, 1975). Berdasarkan kepastian adanya H2s dalam air tersebut sekaligus merupakan indikator adanya bakteri coliform (Khush et al., 2013) . Ada cara mudah untuk melakukan keberadaan bakteri coliform, karena faktor H2S ini dengan melakukan pengambilan sampel dan inspeksi sederhana. Dilakukan dengan tabung reaksi/botol yang telah diisi media yang diproduksi. Botol dengan lingkungan ini kemudian diinkubasi pada suhu kamar (26 c - 37 c) 1 - 3 hari (dari 18 jam ). Untuk mengetahui hasil nya menggunakan indikator dimana warna botol berubah media menjadi hitam. Pemeriksaan kualitas bakteriologi air menggunakan metode HS memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa keuntungan misalnya. sederhana, mudah, cepat, murah, kit dan medianya mudah didapat dan tidak memerlukan keahlian khusus karena pelatihan yang cukup sederhana yang bisa dilakukan petugas inspeksi Selain kelebihan tersebut, ada juga kekurangannya, misalnya Metode ini bersifat kualitatif, sehingga tidak diukur secara riil satuan (luas atau jumlah) (Kesmas, 2023).
Salah satu metode lainnya yang digunakan untuk mendeteksi Escherichia Coli adalah mengubah kultur bakteri. Dalam metode ini, sampel yang diduga mengandung Escherichia Coli ditempatkan pada media khusus yang mengandung nutrisi yang dapat mendukung pertumbuhan E. coli. Jika Escherichia Coli ada dalam sampel, maka bakteri tersebut akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat diamati. Selain itu juga ada metode deteksi molekuler seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) yang digunakan untuk mendeteksi DNA khas Escherichia Coli dalam sampel. Metode ini memanfaatkan amplifikasi DNA untuk mengidentifikasi keberadaan spesifik Escherichia Coli. Namun semua metode itu harus dilakukan di lab yang tentunya membutuhkan waktu dan keahlian khusus untuk melakukannya. Belum lagi jika pengambilan sampel dilakukan di pedesaan yang jauh dari perkotaan tentunya juga akan membutuhkan waktu yang lebih.
Metode yang sudah ada masih memiliki kekurangan dan hanya berfokus pada pengecekan kadar bakteri Escherichia Coli oleh karena itu diperlukan metode baru yang mampu untuk mendeteksi keeradaan Escherichia Coli serta memberikan informasi terkait kandungan air yang dikonsumsi serta praktis dan mampu untuk digunakan dimana saja.
INSTING IBU merupakan sebuah terobosan baru yang menggabungkan satu komponen yang terorganisir menjadi sebuah sistem. Sistem ini tidak terlalu besar sehingga dapat dibawa dan ditempatkan pada rumah warga. Warga yang ingin menggunakan sistem ini hanya tinggal membawa sampel air yang sudah diberikan gula kemudian dimasukkan kedalam botol yang sudah disediakan dan tinggal menunggu hasilnya. Sistem ini juga dilengkapi dengan sistem IoT yang memungkinkan data langsung terkirim ke server dan dapat diakses oleh masyarakat maupun dinkes agar dapat ditindaklanjuti lebih awal.
SOP dari INSTING IBU ini meliputi:
- Sejarah inovasi dan pengembangan produksi
Melihat fenomena yang terjadi terutama di masyarakat tentang kesadaran dalam penggunaan air bersih dan sanitasi yang masih rendah, jika diteruskan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Mengkonsumsi air yang sudah tercemar atau bahkan terkontaminasi oleh bakteri secara berkepanjangan bisa menyebabkan terjadinya infeksi pencernaan dan bahkan stunting. Oleh karena itu perlu adanya penanganan yang dilakukan untuk mengatasi fenomena yang terjadi
Pada bulan April 2023 pemerintah kota Salatiga mengadakan lomba krenova tingkat kota dengan tema:”mewujudkan pemulihan ekonomi kerakyatan melalui pelayanan infrastrutur penanganan stunting dan penanggulangan kemiskinan” kemudian melihat fenomena yang terjadi munculah ide untuk membuat suatu inovasi pendeteksi stunting, berdasarkan literatur yang kita baca bahwa 40% stunting disebabkan oleh gisi buruk dan 60% adalah sanitasi dan konsumsi air minum yang buruk. Atas dasar itu maka penulis membuat suatu sistem yang dapat mendeteksi potensi bakteri pada air yang dikonsumsi terutama pada ibu hamil/menyusui.
Keunggulan Inovasi
“INSTING IBU” memiliki beberapa keunggulan
1. Membantu masyarakat terkhususnya ibu hamil untuk mengetahui air yang akan dikonsumsi terbebas dari bakteri terutama yang mengandung bakteri Escherichia Coli .
2. Sebagai sarana alternatif untuk masyarakat mengetahui hasil kandungan secara otomatis tanpa melakukan pengecekan di Lab.
3. Membantu dinas kesehatan untuk menindaklanjuti stunting dimulai dari daerah-daerah agar penangannya lebih cepat dan tepat
4. Membuka lapangan pekerjaan terutama bagi lulusan SMK dan lulusan teknik di bidang elektronik. Selain itu untuk membantu para penjual jasa karena sebagian komponen dan pengerjaan alat bisa dilakukan di daerah
5. Biaya yang relatif terjangkau melihat dari fungsi dan kegunaan dibandingkan dengan prosedur lainya.
6. Menggunakan sensor dengan kepekaan dalam mendeteksi bakteri Escherichia Coli bahkan dengan konsentrasi yag rendah
Nama | : | Tri Sunarno |
Alamat | : | Jl. Diponegoro No.52-60, Salatiga, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga |
No. Telepon | : | (0298)321212 ext 1368 |