Lahan pertanian dan perkebunan Kota Magelang relatif terbatas, begitupun msyarakat yang menekuni bidang ini juga sedikit. Namun kota Magelang sebenarnya memiliki komoditas andalan dari kegiatan perkebunan antara lain tanaman Anggrek. Untuk mensiasati keterbatasan lahan dan mengoptimalkan hasil pertanian, diperlukan dukungan faktor produksi yang memadai. Salah satunya berupa pupuk. Inovasi ini bertujuan membuat pupuk organik cair yang dipadu dengan pestisida hayati yang disebut “OPFER” (Organic Plant FertilizerOPFER dibuat dari air kelapa, susu repack, dan kuning telur kemudian difermentasi dengan EM4 selama 6-7 hari. Hasil fermentasi kemudian diencerkan dan diuji coba terhadap tanaman anggrek dan cabai. Dua tanaman anggrek diberi perlakuan berbeda, satu diberi OPFER, satunya tidak. Keduanya diamati 12 hari dan hasilnya dibandingkan. Pengamatan tanaman cabai dilakukan dengan mengamati 3 tanaman yang diberi perlakuan berbeda. Tanaman 1 tidak dipupuk, tanaman 2 diberi pupuk kimia dan tumbuhan 3 diberi OPFER).
Kualitas kandungan nutrien OPFER dianalisis berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.261 Tahun 2019 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenahan Tanah meliputi kadar C-organik, N-organik, pH Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 261 Tahun 2019 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenahan Tanah padaserta kadar N, P dan K.
Hasil uji coba terhadap tanaman anggrek menunjukkan bahwa sistem perakarannya menjadi lebih kuat, daunnya lebih hijau dan pada hari ke 12 tumbuh tunas baru. Sedang pada cabai menunjukkan buah yang lebih banyak dan daun yang lebih subur dibanding yang tidak dipupuk atau diberi pupuk sintetis. Kata kunci: pupuk organic cair, air kelapa, susu, kuning telur.
Sektor pertanian di Kota Magelang sebenarnya sangat berpotensi untuk mendukung perekonomian masyarakat. Kota Magelang memiliki tanah subur sehingga menjadi daya dukung aktivitas pertanian masyarakat setempat. Luas lahan pertanian di Kota Magelang hanya sekitar 224 hektar, terdiri atas sawah 143,96 hektar , ladang sekitar 11,68 hektar dan kebun/hutan rakyat 70 hektar. Dari luas area pertanian yang terbatas tersebut, Kota Magelang menghasilkan produk pertanian berupa tanaman pangan, tanaman hortikultura dan biofarmaka (Herawati dkk, 2022). Namun, di sisi lain mengingat berbagai macam varietas tumbuhan yang di miliki Kota Magelang seperti tanaman pangan (jagung (14,7 ton), ketela pohon (22,8 ton), dan kacang tanah (0,38 ton), bahkan pada tahun 2021 produksi tanaman Anggrek Kota Magelang mencapai 2.709 tangkai. (Herawati,S.dkk, 2022)
Berdasarkan hasil Sakernas, angkatan kerja di Kota Magelang tahun 2021 mencapai 66.086, dengan orang yang bekerja sejumlah 60.317 (67,07%), dan pengangguran terbuka sejumlah 5.769 (8,73%). Di samping itu tingkat proporsi penyerapan tenaga kerja terkecil ada pada sektor pertanian yang menyerap hanya sebesar 0,08% atau sekitar 50 orang. Melihat luas area pertanian dan keragaman produk hasil pertanian, dapat diduga bahwa ada banyak anggota masyarakat yang berkegiatan di bidang pertanian hanya sebagai aktivitas sampingan. Potensi sektor pertanian dan perkebunan hortikulura perlu ditingkatnya guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga bisa menurunkan angka pengangguran. Pemaksimalan potensi yang dimaksud bisa dilakukan dengan pengadaan aspek yang mendukung pertanian, salah satunya adalah produksi pupuk.
Dalam bertani atau membudidayakan tanaman sering ditemui berbagai kendala seperti tanaman gagal tumbuh, atau pertumbuhan kurang subur dan gangguan oleh hama. Pupuk menjadi solusi yang paling sering digunakan, karena itu kebutuhan pasar terhadap pupuk terus bertambah. Namun di lapangan masyarakat lebih banyak memilih untuk menggunakan pupuk kimia dikarenakan mudah didapat dan murah. Pada usulan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi Kota Magelang mulai tahun 2019 hanya urea dan NPK Phonska, sedangkan pupuk organik tidak diusulkan petani dalam RDKK. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran terhadap pentingnya meminimalisir pupuk anorganik.
Padahal penggunaan pupuk kimia dapat membawa dampak buruk bagi tanaman karena tidak mudah terikat oleh tanah. Jika pemupukan dilakukan berlebihan, maka yang tidak terserap oleh akar tanaman akan mudah terbawa air limpasan. Artinya, pupuk tersebut tidak selalu siap tersedia untuk diambil oleh akar tanaman. Pupuk yang terbawa air limpasan juga dapat menimbulkan masalah di tempat lain jika konsentrasinya berlebihan. Oleh karena itu, pemakaian pupuk kimia (anorgannik) harus diimbangi dengan pemakaian pupuk organik sebagai pengikat pupuk kimia, agar sewaktu-waktu dibutuhkan oleh akar tanaman sudah siap di dalam koloid tanah.
Maka dari itu latar belakang dari penelitian ini adalah menemukan alternatif pengganti pupuk kimia dengan bahan-bahan ekonomis, praktis, dan mudah didapat. Bahan-bahan yang dimanfaatkan adalah bahan sisa seperti limbah air kelapa dan susu bubuk kiloan (tanpa merk) serta bahan tambahan yaitu kuning telur dan larutan EM4. Limbah air kelapa dimanfaatkan karena selama ini di Kota Magelang terutama di pasar (penggilingan kelapa) belum dimanfaatkan. Susu kiloan (tanpa merk) yang kualitasnya dipertanyakan banyak beredar di pasaran dengan harga murah. Kandungan bahan tersebut bermanfaat baik pada tanaman. Selain itu sebagai pestisida hayati, ditambahkan kuning telur dalam pembuatan pupuk ini. Kandungan dalam bahan-bahan tersebut dapat terserap secara maksimal oleh tanaman dengan adanya proses fermentasi, proses fermentasi dibantu oleh larutan EM4. Pupuk yang dibuat dalam inovasi ni dinamakan OPFER (Organic Plant Ferilizer). OPFER juga dapat dijadikan sebagai ide wirausaha, karena biaya pembuatannya yang murah dan dapat dijual kembali. Pembuatan pupuk ini dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan pasar terhadap produk pupuk.
Kebaruan inovasi OPFER terletak pada bahan-bahannya yang belum dimanfaatkan secara tergabung sehingga nutriennya cukup lengkap bagi tanaman. Limbah air kelapa di Kota Magelang masih belum dimanfaatkan dengan maksimal, di berbagai lokasi pasar, pada kios penggilingan kelapa, airnya dibuang begitu saja. Air yang terbuang ini selain mencemari lingkungan sekitar juga menimbulkan bau yang tidak sedap. Produk OPFER dapat dibuat dengan mudah menggunakan alat dan bahan yang mudah didapat. Biaya yang diperlukan untuk pembuatan OPFER juga sedikit sehingga berpotensi untuk menjadi peluang bisnis. Air kelapa di beberapa daerah sudah sering dimanfaatkan dan terkenal dapat menyuburkan daun serta akar tanaman karena mengandung natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Susu yang mengandung banyak protein yang dapat terurai sehingga menjadi salah satu bahan untuk memenuhi kebutuhan nitrogen tanaman. Kuning telur mengandung kalsium, fosfor, kalium, dan nitrogen yang diperlukan tanaman. Keunggulan OPFER dibanding yang pupuk cait lain, selain nutriennya lebih lengkap, juga adanya peran OPFER sebagai pestisida hayati, bukan hanya pupuk organik saja.
Nama | : | Karima Zahra Nurmayati |
Alamat | : | tidar dudan rt 01 rw 10, kelurahan tidar utara, kecamatan magelang selatan, kota magelang |
No. Telepon | : | 085602786613 |