Penelitian ini dilatarbelakangi dari suatu fakta sebagian besar siswa Sekolah Dasar dalam segi literasi pencapaiannya sangat kurang, khususnya pada literasi perpustakaan digital. Problematika seperti ini salah satunya disebabkan guru dalam pembelajaran masih kurang memanfaatkan ketersediaan literasi digital dan terlalu mengandalkan pembelajaran klasikal. Hal tersebut mengakibatkan siswa kesulitan dalam mencari inspirasi dan mengembangkan kemampuan literasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik terkait kemampuan literasi perpustakaan digital pada siswa SDN Karanganyar dengan mengimplementasikan pembelajaran Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT). Guru idealnya mampu menerapkan pendekatan, model, metode dan media pembelajaran yang tepat dalam suatu pembelajaran, sehingga pembelajaran yang digiatkan dapat berkesan bagi siswa. Subjek dari penelitian ini adalah siswa SDN 2 Karanganyar pada tahun ajaran 2022/2023 yang berjumlah 40 orang siswa. Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) dapat meningkatkan kemampuan literasi perpustakaan digital dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pengimplementasian pembelajaran Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) dapat mempermudah siswa menemukan banyak inspirasi dan wawasan yang lebih luas serta menjadikan siswa menjadi lebih kritis, kreatif, aktif dan termotivasi dalam pembelajaran.
Literasi terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Perpustakaan digital bisa menjadi salah satu solusi dalam menumbuhkan budaya literasi di dunia pendidikan pada khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya. Dengan berbagai keunggulan dan daya tarik perpustakaan digital diharapkan mampu menumbuhkan minat baca sehingga kemampuan literasi masyarakat Indonesia semakin meningkat. Menurut (Doman, 1991) membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.
Kondisi Pendidikan Indonesia lebih kurang tersebar di hampir 300.000 sekolah di seluruh Indonesia, dengan jumlah guru sebanyak 3,4 juta guru, dan 49 juta siswa memperlihatkan keberagaman yang sangat nyata dan tantangan yang sangat serius dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia yang saat ini berada pada peringkat 113 dari 188 negara. Tantangan lain dapat kita lihat dari indeks daya saing global yangmenduduki peringkat 41 dari 138 negara, indeks persepsi korupsi yang berada pada peringkat 88 dari 176 negara, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04%--5,18%, indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia yang menempati peringkat 79 dari 157 negara, serta berbagai kasus kekerasan, intoleransi, radikalisme, terorisme, narkoba, pornografi, kejahatan dunia maya, penyimpangan seksual, dan krisis kepribadian yang melanda bangsa Indonesia. Semua itu menjadi pekerjaan dan tugas kita bersama, yang tentu harus kita atasi bersama.
Data minat baca dan tingkat buta aksara berpengaruh terhadap posisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) Indonesia, yang diukur dari usia harapan hidup (tingkat kesehatan), pertumbuhan ekonomi dan kualitas pendidikan. Berdasarkan data BPS tahun 2014, nilai IPM mengalami kenaikan tipis menjadi 68,90 dan 68,40 pada tahun 2013. Data yang dirilis Badan Program Pembangunan PBB/United Nations Development Program (UNDP), IPM Indonesia pada tahun 2013 berada di peringkat 108 dari 187 negara. Angka IPM ini menunjukkan bahwa Indonesia berada jauh d1 bawah negara ASEAN lainnya. Survei lain tentang literasi yang dilakukan Central Connecticut State University pada tahun 2016 di New Britain, Conn, Amerika Serikat, misalnya, menempatkan Indonesia dalam posisi cukup memprihatinkan, yaitu urutan ke-60 dari 61 negara. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017)
Minat baca dan literasi bangsa kita harus menyamai dan bahkan lebih tinggi daripada bangsa lain yang sudah maju agar bangsa Indonesia juga berperan dalam percaturan di era global. Konsep literasi menurut (Musthafa, 2014) yang menjelaskan literasi merupakan membaca, menulis, dan berpikir kritis. Melalui literasi akan tumbuh kesadaran kritis untuk mempelajari sesuatu yang baru atau mengasimilisasikannya dengan pengetahuan sebelumnya, dalam fungsinya literasi mampu mempengaruhi seseorang untuk menambahkan budaya kritis hingga melahirkan masyarakat yang cerdas yang memiliki daya saing.
Istilah literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005 (Davis & Shaw,2011). Literasi digital bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hiper-tekstual dalam arti bacaan tak berurut berbantuan komputer. Istilah literasi digital pernah digunakan tahun l980-an (Davis & Shaw, 2011), secara umum literasi digital bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan infomasi hipertekstual dalam arti membaca non- sekuensial atau non urutan berbantuan komputer. Literasi digital mempunyai konsep sebagai kemampuan memahami dan menggunakan infomasi dari berbagai sumber digital, dengan kata lain kemampuan untuk membaca, menulis dan berhubungan dengan infomasi dengan menggunakan teknologi dan format yang ada pada masanya.
Penulis lain menggunakan istilah literasi digital untuk menunjukkan konsep yang luas yang menautkan bersama-sama berbagai literasi yang relevan serta literasi berbasis kompetensi dan keterampilan teknologi komunikasi, namun menekankan pada kemampuan evaluasi informasi yang lebih “lunak” dan perangkaian pengetahuan bersama-sama pemahaman dan sikap (Martin, 2008). Lliterasi digital adalah himpunan sikap, pemahaman, keterampilan menangani dan mengkomunikasikan infomasi dan pengetahuan secara efektif dalam berbagai media dan format. Ada definisi yang menyertakan istilah hubung, berhubungan (coomunicating), manajemen arsip dinamis menyebutkan istilah penghapusan (deleting) dan pelestarian (reserving). Kadang-kadang istilah penemuan (Ending) dipecah- pecah lagi menjadi pemilihan sumber, penemuan kembali dan pengakaksesan (accessing) (Davis & Shaw, 2011).
Dunia pendidikan kita sudah tidak asing lagi dengan berbagai istilah fasilitas teknologi atau elektronik, seperti e-learning, e-school, e-sabak, virtual learning, online learning, web based learning atau berbagai istilah lainnya yang sudah begitu akrab di telinga kita. Selain itu kita juga semakin sering mendengar istilah perpustakaan digital (Digital library atau e-library). Perpustakaan digital merupakan pengembangan dari perpustakaan konvensional yang ada. Tidak jauh berbeda dengan pemanfaatan fasilitas.perpustakaan konvensional, perpustakaan digital pula, belum termanfaatkan secara optimal untuk pemenuhan informasi dan sumber wawasan masyarakat maupun untuk media pembelajaran siswa. Hal tersebut tentunya salah satu penyebab dari masih lemahnya kemampuan literasi, khususnya pada kalangan siswa.
Melihat pentingnya pengimplementasian pembelajaran abad 21 dengan ditunjang penggiatan literasi, khususnya pemanfaatan literasi perpustakaan digital, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penulis memilih SDN 2 Karanganyar sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) SDN 2 Karanganyar didapati dari hasil wawancara dan pengamatan awal belum menggeliat dalam gerakan literasi, baik itu yang memanfaatkan perpustakaan sekolah, maupun perpustakaan yang berbasis digital; (b) Pembelajaran di SDN 2 Karanganyar khususnya kelas IV belum secara optimal mengimplementasikan pendekatan, model, metode dan media yang relevan dan komprehensif, sehingga diperoleh hasil pembelajaran yang kurang optimal pula; dan (c) Penelitian terkait upaya peningkatan kemampuan perpustakaan digital belum pernah dilakukan di sekolah ini.
Perlu kiranya pendekatan atau strategi untuk dapat mendongkrak kemampuan literasi siswa, khususnya pada kemampuan literasi perpustakaan digital, yakni salah satunya dengan pengimplementasian pembelajaran dengan pendekatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT). Pembelajaran Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) bakal diupayakan karena relevan dan disinyalir mampu menjawab tantangan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Selain itu sumber daya manusia dituntut menjadi lebih handal, berkualitas dan mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan kerja yang efektif. (Hartati dan Heryanto, 2018) menegaskan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi (KBTT) sangat penting diimplementasikan dalam pembelajaran sebagai fondasi pembelajaran pada abad 21, khususnya bagi guru SD.
Siswa sangat senang dan antusias, serta sudah mulai faham dalam pengoperasian, dan pengaksesan laptop untuk membuka situscperpustakaan digital. Meskipun dari dimensi kemampuan dalam menganalisis konten, seperti kepercayaan pada sumber informasi (dalam hal ini perpustakaan digital yang diakses), kemampuan membedakan sumber atau artikel yang memberi pengaruh baik atau tidak, dan pemeriksaan kembali sumber ilmu masih belum optimal. Maka dari itu, untuk mengoptimalkan berbagai dimensi peneliti senantiasa merefleksi kegiatan pemebalajaran, supaya lebih berkesan, bermakna dan tentunya dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya siswa dalam pengimplementasian pembelajaran Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT). Guru lebih menekankan setiap kegiatan pembelajaran menuju aspek yang mengarah pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) yang mengacu pada kemampuan berpikir C3 – C6 (Yakni pembelajaran yang mencerminkan kegiatan menganalisis, mengevaluasi, serta membuat).
Nama | : | ENDAH PRIATININGSIH |
Alamat | : | Jl. Raya Buara Lumpang, Desa Lumpang Rt 03/02, Kec. Karanganyar, Kab.Purbalingga |
No. Telepon | : | 081542828849 |