Hand sanitizer yang beredar di pasaran kebanyakan berbasis alkohol yang kurang efektif dalam membunuh bakteri setelah berulang kali pakai dan berbahaya bagi kulit manusia. Bahaya alkohol dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada kulit seperti iritasi, keriput, pucat dan kering. Oleh sebab itu, kandungan alkohol dalam hand sanitizer harus diganti dengan zat aktif lainnya dengan fungsi yang sama bahkan lebih baik. Zat aktif yang mampu menggantikan alkohol yaitu dari ekstrak daun kelor yang mengandung flavonoid sebagai zat antibakterial dan 40 lebih zat antioksidan yang berperan melindungi kulit dari kerusakan sehingga kulit tetap terjaga segar dan halus. Sehingga inovasi yang kami berikan adalah dengan membuat produk hand sanitizer dengan kandungan zat aktif alami ekstrak daun kelor yang diaplikasikan menjadi produk Morifa Hand Sanitizer.
Segmen pasar Morifa Hand Sanitizer.adalah masyarakat yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan tangan, masyarakat yang sering kontak dengan orang, dan instansi dengan protokol kesehatan. Masyarakat membutuhkan produk ini untuk menjaga kebersihan tangan secara praktis setelah melakukan kegiatan. Sehingga sasaran utama pengguna Morifa Hand Sanitizer adalah para pelajar, rumah sakit, apotek, rumah makan, kantor, tempat publik, masyarakat perkotaan dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan kompetitor yang ada di pasaran, Morifa Hand Sanitizer terus berupaya dalam melakukan pengembangan inovasi produk secara alami dan harga yang relatif lebih murah. Harga jual yang ditawarkan Morifa Hand Sanitizer relatif dapat bersaing di pasaran. Berdasarkan data tersebut, pengembangan produk Morifa Hand Sanitizer telah memiliki prospek jangka panjang yang cukup besar serta dapat menjadi model dalam pola pengembangan hand sanitzer di Indonesia.
Tangan merupakan media yang sangat mudah untuk penyebaran penyakit dan infeksi pada manusia (Wijoyo, 2016). Menjaga kebersihan tangan menjadi salah satu hal penting dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan penyakit menular lainnya. Banyak cara dilakukan untuk menghindarkan diri dari paparan patogen tersebut, salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan tangan (Octavia, 2016). Namun realitanya masih banyak orang yang malas melakukannya dengan berbagai alasan, seperti ketiadaan waktu (tidak sempat), lokasi wastafel yang jauh dimana tangan yang harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun kemudian dikeringkan sehingga merepotkan, hingga sulit mendapatkan air (Kemenkes RI, 2014). Saat ini masyarakat lebih menyukai mencuci tangan dengan hand sanitizer dari pada mencuci tangan secara konvensional karena lebih praktis, sederhana, dan tanpa menggunakan air. Menurut data survei, dari 50 orang responder 33 orang lebih memilih menggunakan hand sanitizer, 11 orang memilih tisu basah, dan 6 orang memilih mencuci dengan air dan sabun. Alasan mereka memlih hand sanitizer yaitu karena kepraktisan, aroma yang segar, dan kemasan yang menarik. Menurut food and drug administration (FDA), hand sanitizer dapat menghilangkan kuman kurang dari 30 detik. Beberapa studi menyatakan penggunaan hand sanitizer terbukti efektif dalam menurunkan infeksi berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen (Hammond et al., 2000). Namun menurut penelitian walidah et al. (2014), tingkat keefektifan hand sanitizer yang berbasis alkohol dalam membunuh bakteri akan menurun setelah digunakan berulang kali, hal ini karena alkohol merupakan zat yang volatil (mudah menguap). Disisi lain, kandungan alkohol dalam hand sanitizer menyebabkan gangguan kesehatan pada kulit seperti iritasi, keriput, pucat dan kering (Larson, 2005), serta tidak efektif membunuh bakteri Escherichia coli yang menjadi penyebab utama terganggunya kesehatan manusia (Dina, 2007). Untuk meminimalisir ketidakefektifan dan dampak yang ditimbulkan hand sanitizer yang berbasis alkohol, berbagai bahan alam digunakan untuk menggantikan peran alkohol dalam hand sanitizer sehingga didapatkan hand sanitizer yang efektif dalam membunuh bakteri patogen dan aman terhadap kulit. Potensi tanaman lokal di Indonesia yang bisa menjawab permasalahan di atas salah satunya adalah kelor (Moringa oleifera). Tanaman kelor merupakan tanaman yang mudah dan cepat tumbuh pada iklim tropis seperti di Indonesia. Salah satunya yaitu kampung konservasi kelor di daerah Blora, Jawa Tengah yang mampu menghasilkan 100 ribu ton daun kelor/bulan (Infoblora, 2017). Daun kelor mengandung flavonoid, fenolik, dan lebih dari 40 zat antioksidan (Kurniasih, 2013). Berdasarkan penelitian Saputra et al. (2013), daun kelor mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dll sebesar 5,52%. Kandungan flavonoid dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakterial dan antivirus yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella sonnei dan Bacillus subtilis. Ekstrak flavonoid ini memiliki efektivitas Tangan merupakan media yang sangat mudah untuk penyebaran penyakit dan infeksi pada manusia (Wijoyo, 2016). Menjaga kebersihan tangan menjadi salah satu hal penting dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan penyakit menular lainnya. Banyak cara dilakukan untuk menghindarkan diri dari paparan patogen tersebut, salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan tangan (Octavia, 2016). Namun realitanya masih banyak orang yang malas melakukannya dengan berbagai alasan, seperti ketiadaan waktu (tidak sempat), lokasi wastafel yang jauh dimana tangan yang harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun kemudian dikeringkan sehingga merepotkan, hingga sulit mendapatkan air (Kemenkes RI, 2014). Saat ini masyarakat lebih menyukai mencuci tangan dengan hand sanitizer dari pada mencuci tangan secara konvensional karena lebih praktis, sederhana, dan tanpa menggunakan air. Menurut data survei, dari 50 orang responder 33 orang lebih memilih menggunakan hand sanitizer, 11 orang memilih tisu basah, dan 6 orang memilih mencuci dengan air dan sabun. Alasan mereka memlih hand sanitizer yaitu karena kepraktisan, aroma yang segar, dan kemasan yang menarik. Menurut food and drug administration (FDA), hand sanitizer dapat menghilangkan kuman kurang dari 30 detik. Beberapa studi menyatakan penggunaan hand sanitizer terbukti efektif dalam menurunkan infeksi berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen (Hammond et al., 2000). Namun menurut penelitian walidah et al. (2014), tingkat keefektifan hand sanitizer yang berbasis alkohol dalam membunuh bakteri akan menurun setelah digunakan berulang kali, hal ini karena alkohol merupakan zat yang volatil (mudah menguap). Disisi lain, kandungan alkohol dalam hand sanitizer menyebabkan gangguan kesehatan pada kulit seperti iritasi, keriput, pucat dan kering (Larson, 2005), serta tidak efektif membunuh bakteri Escherichia coli yang menjadi penyebab utama terganggunya kesehatan manusia (Dina, 2007). Untuk meminimalisir ketidakefektifan dan dampak yang ditimbulkan hand sanitizer yang berbasis alkohol, berbagai bahan alam digunakan untuk menggantikan peran alkohol dalam hand sanitizer sehingga didapatkan hand sanitizer yang efektif dalam membunuh bakteri patogen dan aman terhadap kulit. Potensi tanaman lokal di Indonesia yang bisa menjawab permasalahan di atas salah satunya adalah kelor (Moringa oleifera). Tanaman kelor merupakan tanaman yang mudah dan cepat tumbuh pada iklim tropis seperti di Indonesia. Salah satunya yaitu kampung konservasi kelor di daerah Blora, Jawa Tengah yang mampu menghasilkan 100 ribu ton daun kelor/bulan (Infoblora, 2017). Daun kelor mengandung flavonoid, fenolik, dan lebih dari 40 zat antioksidan (Kurniasih, 2013). Berdasarkan penelitian Saputra et al. (2013), daun kelor mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dll sebesar 5,52%. Kandungan flavonoid dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakterial dan antivirus yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella sonnei dan Bacillus subtilis. Ekstrak flavonoid ini memiliki efektivitas Tangan merupakan media yang sangat mudah untuk penyebaran penyakit dan infeksi pada manusia (Wijoyo, 2016). Menjaga kebersihan tangan menjadi salah satu hal penting dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan penyakit menular lainnya. Banyak cara dilakukan untuk menghindarkan diri dari paparan patogen tersebut, salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan tangan (Octavia, 2016). Namun realitanya masih banyak orang yang malas melakukannya dengan berbagai alasan, seperti ketiadaan waktu (tidak sempat), lokasi wastafel yang jauh dimana tangan yang harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun kemudian dikeringkan sehingga merepotkan, hingga sulit mendapatkan air (Kemenkes RI, 2014). Saat ini masyarakat lebih menyukai mencuci tangan dengan hand sanitizer dari pada mencuci tangan secara konvensional karena lebih praktis, sederhana, dan tanpa menggunakan air. Menurut data survei, dari 50 orang responder 33 orang lebih memilih menggunakan hand sanitizer, 11 orang memilih tisu basah, dan 6 orang memilih mencuci dengan air dan sabun. Alasan mereka memlih hand sanitizer yaitu karena kepraktisan, aroma yang segar, dan kemasan yang menarik. Menurut food and drug administration (FDA), hand sanitizer dapat menghilangkan kuman kurang dari 30 detik. Beberapa studi menyatakan penggunaan hand sanitizer terbukti efektif dalam menurunkan infeksi berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen (Hammond et al., 2000). Namun menurut penelitian walidah et al. (2014), tingkat keefektifan hand sanitizer yang berbasis alkohol dalam membunuh bakteri akan menurun setelah digunakan berulang kali, hal ini karena alkohol merupakan zat yang volatil (mudah menguap). Disisi lain, kandungan alkohol dalam hand sanitizer menyebabkan gangguan kesehatan pada kulit seperti iritasi, keriput, pucat dan kering (Larson, 2005), serta tidak efektif membunuh bakteri Escherichia coli yang menjadi penyebab utama terganggunya kesehatan manusia (Dina, 2007). Untuk meminimalisir ketidakefektifan dan dampak yang ditimbulkan hand sanitizer yang berbasis alkohol, berbagai bahan alam digunakan untuk menggantikan peran alkohol dalam hand sanitizer sehingga didapatkan hand sanitizer yang efektif dalam membunuh bakteri patogen dan aman terhadap kulit. Potensi tanaman lokal di Indonesia yang bisa menjawab permasalahan di atas salah satunya adalah kelor (Moringa oleifera). Tanaman kelor merupakan tanaman yang mudah dan cepat tumbuh pada iklim tropis seperti di Indonesia. Salah satunya yaitu kampung konservasi kelor di daerah Blora, Jawa Tengah yang mampu menghasilkan 100 ribu ton daun kelor/bulan (Infoblora, 2017). Daun kelor mengandung flavonoid, fenolik, dan lebih dari 40 zat antioksidan (Kurniasih, 2013). Berdasarkan penelitian Saputra et al. (2013), daun kelor mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dll sebesar 5,52%. Kandungan flavonoid dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakterial dan antivirus yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella sonnei dan Bacillus subtilis. Ekstrak flavonoid ini memiliki efektivitas antibakteri yang lebih baik daripada etanol 70% (Rizkia, 2014). Sedangkan, kandungan zat antioksidan pada daun kelor dapat dimanfaatkan untuk menjaga kulit tetap segar dan halus, karena mampu memperbaiki sel-sel dan jaringan kulit yang rusak akibat serangan radikal bebas. Selain itu, kemampuan antioksidan daun kelor terbukti lebih efektif daripada vitamin E yang biasa ditambahkan pada produk hand sanitizer. Oleh karena itu, inovasi produk yang kami berikan yaitu dengan membuat hand sanitizer dari bahan alami ekstrak daun kelor untuk menggantikan peran alkohol. Hal ini menjadi keunggulan produk hand sanitizer sebagai agen antibakterial yang efektif dan mampu menjaga kulit tetap segar dan halus. Sehingga diharapkan dengan adanya produk yang dinamakan MORIFA Hand Sanitizer akan menjadi produk alternatif kebersihan tepat guna dan dapat bersaing dipasaran luas serta membantu meningkatkan perekonomian petani kelor.
Keunggulan dari produk MORIFA Hand sanitizer dibandingkan dengan produk sejenis yang lain adalah sebagai berikut:
1. Mengandung zat antibakterial alami
Produk MORIFA Hand sanitizer dibuat dari bahan alami ekstrak daun kelor yang memiliki kandungan senyawa fenolik seperti flavonoid yang dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakterial yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella sonnei dan Bacillus subtilis.
2. Produk halal bebas alkohol
Produk MORIFA Hand sanitizer memanfaatkan kandungan flavonoid yang terdapat dalam daun kelor sebagai pengganti peran alkohol sebagai antibakterial, sehingga produk halal karena bebas dari kandungan alkohol.
3. Menyegarkan dan mencegah iritasi kulit
Produk MORIFA Hand sanitizer memanfaatkan kandungan zat antioksidan pada daun kelor untuk menjaga kulit tetap segar dan halus, karena mampu memperbaiki sel-sel dan jaringan kulit yang rusak akibat serangan radikal bebas.
4. Produk telah teruji klinis
Produk telah teruji antibakterial yang dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro dan uji iritasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi jawa tengah.
5. Packaging yang trendy dan praktis
Produk MORIFA dikemas dengan takaran 50 ml dalam kemasan botol dan gantungan kunci yang menarik dan mudah dibawa.
Nama | : | Agnes Charisika Waluyo |
Alamat | : | Tanjungrejo RT 1 RW 1, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus |
No. Telepon | : | 085329440491 |