Hari Batik Nasional. Batik merupakan seni tradisional Indonesia yang diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Batik tulis adalah teknik lukis tangan di atas kain menggunakan canting dan lilin, dengan motif yang terinspirasi dari flora dan fauna Indonesia. Motif batik menjadi lebih menarik dengan adanya pewarnaan. Pewarnaan batik menggunakan pewarna sintetis lebih praktis karena mampu menghasilkan beragam variasi warna dengan biaya yang lebih ekonomis sehingga mampu menekan biaya produksi.
Namun demikian penggunaan pewarna sintetis tanpa pemakaian alat pelindung diri selama membatik dapat menimbulkan resiko kesehatan bagi pengrajin batik. Hal ini dikarenakan menurut pengrajin batik pemakaian alat pelindung diri membuat tidak nyaman sedangkan pewarna sintetis mengandung toksikologi timbal yang berbahaya bagi kesehatan apabila terciprat ke pengrajin, ke lingkungan atau tidak sengaja ikut masuk ke mulut karena lupa mencuci tangan sebelum makan.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut maka sebagai bentuk modernisasi batik yang ramah lingkungan perlu dibuat inovasi teknologi tepat guna yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan membatasi kontak dengan larutan pewarna dan mengurangi percikan selama proses pewarnaan namun tetap mudah digunakan dan meminimalisir kontak dengan tangan pekerja pewarna. Inovasi tepat guna tersebut berupa Kuas Refilable Pewarna Kain Batik.
Inovasi teknologi tepat guna ini berpotensi meminimalkan dampak toksikologi keracunan logam berat terhadap kesehatan pekerja dan mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu juga dapat lebih menghemat biaya pewarnaan karena tidak banyak pewarna yang terciprat atau terbuang serta menghemat penempatan dan penyimpanan sisa warna sehingga dapat menekan biaya produksi.
Teknik membatik tidak hanya terdapat di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain. Mesir, Cina, India dan bebarapa kawasan Asia yang lain, termasuk Timur Tengah, metode merintang warna ditemukan juga di beberapa tempat di Afrika Barat. Tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai salah satu warisan dunia asli Indonesia yang kemudian tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional (Wulandari, 2011). Pengakuan dunia ini menuntut eksistensi batik sebagai produk yang bernilai budaya dan estetika tinggi.
Proses pewarnaan batik umunya menggunakan pewarna sintetik. Pewarna sintetik mengandung senyawa Pb (timbal). Timbal digunakan sebagai campuran pewarna pada proses pewarnaan. Pada industri tekstil, timbal (Pb) digunakan sebagai campuran pewarna, yaitu akan menghasilkan warna kuning dengan menambahkan krom atau PbCrO4, warna putih dari timbal putih [Pb(OH)2.2PbCO3] dan warna merah dari timbal merah (Pb3O4) (Proklamasiningsih & Hernayanti, 2010).
Pekerja di bagian pewarnaan menjadi perhatian utama dalam hal terpapar toksikologi logam berat timbal. Penggunaan pewarna sintetis dipilih karena lebih mudah pemakaiannya dengan biaya lebih ekonomis namun mampu menghasilkan variasi warna yang lebih banyak. Limbah cair dari pewarnaan batik pada pewarna sintetis merupakan pencemar yang sangat merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan. Timbal memiliki sifat toksik dimana jika masuk dalam tubuh akan mengikat protein dan merupakan salah satu precursor stress oksidatif. Produk stress oksidatif ini akan mengganggu kesehata salah satuya penyebab mutase genetic. Selain itu dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya penyakit neurodegeratif salah satunya adalah penyakit Parkinson. Pola pikir yang ramah lingkungan hendaknya menjadi aset bernilai yang perlu dipertimbangkan dalam upaya pelestarian batik.
Proses pewarnaan batik terutama batik tulis setelah pembuatan motif batik, kemudian diberikan lilin atau malam (canting). Selanjutnya dilakukan pewarnaan menggunakan kuas. Pada saat pemberian warna pekerja tidak menggunakan APD salah satunnya handscoon, sehingga warna akan langsung mengenai kulit tangan. Alasan tidak digunakannya handscoon terutama karena dianggap membuat tidak nyaman dan tidak fleksibel dalam bekerja. Berdasarkan hasil survei langsung ke beberapa industri batik, pengrajin setelah melakukan pewarnaan tidak semua mencuci tangan sebelum makan. Selain itu pewarnaan menggunakan kuas akan meningkatkan percikan larutan warna ke lingkungan hasil dari pencelupan ujung kuas ke larutan warna. Pewarnaan juga memerlukan sejumlah wadah seperti mangkok, jerigen, dan sebagainya sehingga memakan tempat dan banyak yang terbuang karena terpercik maupun mongering dalam wadah.
Berdasarkan latang belakang di atas maka perlu dibuat inovasi teknologi tepat guna berupa kuas dalam bentuk Refilable sebagai pewarna kain batik sebagai solusi untuk kesehatan, lingkungan maupun peningkatan ekonomi. Inovasi dalam pemakaian kuas ini yaitu ujung kuas tidak perlu berulang kali di celupkan pada larutan warna, tapi larutan warna langsung dimasukkan seperti bolpoin. Selain itu ujung kuas bisa diganti sesuai dengan bentuk kuas yang akan di pakai. Solusi pemakaian Kuas Refilable Pewarna Kain Batik ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan limbah sisa pewarnaan, meminimalkan resiko toksikologi timbal terhadap kesehatan pengrajin batik, meminimalkan kontak tangan dengan larutan warna sehingga lebih safety dan ramah lingkungan serta menekan biaya produksi karena tidak banyak pewarna yang terbuang.
Inovasi ini telah dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dan pengabdian tahun 2022 dengan inovasi awal berupa pembuatan kuas bertekanan yang dipresentasikan pada krenova tingkat institusi, kemudian dikembangkan lagi menjadi kuas refillable dari bahan plastic yang dipresentasikan dan dipamerkan pada Krenova Surakarta kemudian dikembangkan lagi menjadi Kuas dengan metode injeksi untuk mengikuti Krenova Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pengembangan inovasi berdasarkan saran dan masukan saat presentasi oleh juri, saran masukan dari pengrajin batik yang didatangi untuk uji coba alat, serta saran dan masukan dari peserta yang hadir saat pameran yang berminat untuk mencoba maupun melakukan pemesanan.
Inovasi dalam krenova ini adalah memiliki volume yang lebih banyak, serta pengambilan sampel warna dengan prinsip injeksi sehingga tidak membutuhkan alat untuk menuang pewarna dalam kuas, alat yang di produksi dalam krenosa ini menggunakan alat yang sudah banyak ditemukan di pasaran dan tinggal dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan
Keunggulan dari alat yang di warkan meliputi:
1. Volume lebh besor sehingga dapat menampung warna lebih banyak dan tidak perlu berulang kali menuang warna.
2. Sistem memasukkan warna dalam penampung kuas dengan cara kerja injeksi seperti suntikan, sehingga lebih aman dan lebih meminimalisis ceceran saar menuangkan warna.
3. Ujug kuas dapat diganti desuai dengan bentuk kuas yang di harapkan
4. Pembilasan dapat dilakukan dengan dengan mudah
5. Desain ini hanya menggunakan prinsip suntikan. Ukuran volume tabung masih dapat dimodifikasi nantinya pada saat realisasi.
Nama | : | Zevanya Mulatningtyas Pramuditha |
Alamat | : | Jalan Raya Solo Baki, Bangorwo,Kwarasan Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah |
No. Telepon | : | 02715723399 |