Alpukat merupakan salah satu buah yang dijual dipasar buah dalam jumlah yang besar terlebih jika saat musim panen tiba. Alpukat merupakan salah satu jenis buah yang sangat diminati oleh masyarakat karena selain rasanya yang enak juga mengandung nilai gizi yang tinggi diantaranya karbohidrat, protein, lemak, beberapa vitamin, dan mineral seperti natrium, kalium, kalsium dan besi. Buah alpukat memiliki bagian biji sebesar 27,5%. Biji buah alpukat sampai saat ini hanya dibuang begitu saja sebagai limbah yang dapat mengurangi nilai estetika dan akan menyebabkan penyumbatan saluran air. Meskipun dianggap sebagai limbah, biji alpukat masih mempunyai karbohidrat atau zat pati dan komponen-komponen penting lainnya yang bisa menjadikan biji alpukat dijadikan sebagai sumber makanan alternatif (Winarti & Purnomo 2006). Sebagai upaya pemanfaatan limbah menjadi barang yang lebih berguna, pemanfaatan biji alpukat bisa mengurangi dampak pencemaran estetika dan sebagai salah satu bahan baku makanan alternatif seperti pembuatan kopi dari biji alpukat yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Kopi menjadi salah satu minuman paling populer dan digemari semua kalangan, baik usia muda maupun tua, baik laki-laki dan perempuan. Kabupaten Wonogiri tercatat sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia, dengan adanya bahan baku yang melimpah, maka kami SMK Daya Wangsa Wonogiri membuat produk yang mungkin belum ada dipasaran, dengan mencampurkan kopi murni asli Wonogiri dengan biji alpukat untuk mendapatkan cita rasa kopi yang berbeda dan berkarakter untuk meningkatkan komoditas perekonomian masyarakat. Materi yang digunakan dalam pemanfaatan biji buah alpukat menjadi kopi biji alpukat (KOPIJAT) meliputi biji alpukat segar, mesin roaster, mesin penggiling, ayakan.
Alpukat merupakan salah satu buah yang dijual dipasar buah dalam jumlah yang besar terlebih jika saat musim panen tiba. Alpukat merupakan salah satu jenis buah yang sangat diminati oleh masyarakat karena selain rasanya yang enak juga mengandung nilai gizi yang tinggi diantaranya karbohidrat, protein, lemak, beberapa vitamin, dan mineral seperti natrium, kalium, kalsium dan besi. Meskipun buah alpukat memiliki keunggulan yaitu bergizi tinggi, buah alpukat mempunyai kelemahan yaitu mudah rusak atau mudah membusuk karena benturan pada saat proses pengangkutan dan penyimpanan. Hal ini menyebabkan para pedagang tidak akan menjualnya karena pembeli tidak akan berminat membelinya sehinnga pedagang akan membuangnya.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2010 di pasar buah Gamping, dalam seminggu para pedagang dipasar tersebut mendatangkan buah alpukat sebesar satu ton. Dalam satu ton buah alpukat yang didatangkan pasti terdapat buah yang rusak atau busuk yaitu sebesar 70 kg. Jika dalam satu minggu mereka membuang 70 kg maka dapat dipastikan dalam sebulan akan membuang buah alpukat sebanyak 280 kg. Hal tersebut tentu saja akan sangat merugikan bagi para pembeli yang dating karena mengganggu estetika dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu para pedagang sering membuang limbah buah alpukat tersebut hanya di depan kios tempat mereka berjualan atau di buang di selokan sehingga akan menyumbat saluran air.
Limbah buah alpukat tersebut jika tidak ditangani akan menimbulkan beberapa dampak negatif bagi lingkungan sekitar pasar. Pertama, tumpukan limbah buah alpukat yang tidak segera ditangani akan mengurangi estetika sehingga mengurangi minat seseorang untuk mendatangi pasar buah tersebut. Kedua, tumpukan kulit dan daging buah yang busuk akan mengundang hewan-hewan vektor penyakit seperti tikus, lalat, kecoa, dan cacing. Ketiga, biji yang hanya dibuang begitu saja akan menyebabkan penyumbatan saluran air terutama pada saat musim hujan tiba yang akan air menggenang.
Buah alpukat memiliki bagian biji sebesar 27,5%. Biji buah alpukat sampai saat ini hanya dibuang begitu saja sebagai limbah yang dapat mengurangi nilai estetika dan akan menyebabkan penyumbatan saluran air. Jika limbah buah alpukat yang dihasilkan dalam seminggu berjumlah 70 kg maka limbah biji alpukat yang di hasilkan sebesar 19,25 kg perminggu. Meskipun dianggap sebagai limbah, biji alpukat masih mempunyai karbohidrat atau zat pati dan komponen-komponen penting lainnya yang bisa menjadikan biji alpukat dijadikan sebagai sumber makanan alternatif (Winarti & Purnomo 2006).
Salah satu pemecahan masalah dalam pengelolaan limbah adalah reuse atau memanfaatkan kembali limbah yang tidak berguna menjadi barang yang lebih berguna. Sebagai upaya pemanfaatan limbah menjadi barang yang lebih berguna, pemanfaatan biji alpukat bisa mengurangi dampak pencemaran estetika dan sebagai salah satu bahan baku makanan alternatif seperti pembuatan kopi dari biji alpukat yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kopi menjadi salah satu minuman paling populer dan digemari semua kalangan, baik usia muda maupun tua, baik laki-laki dan perempuan. Kenikmatan dalam mengkonsumi kopi memiliki aneka ragam selera ada yang suka kopi murni tanpa gula dengan rasa pahitnya dan ada yang suka kopi dengan takaran gula yang berbeda-beda.
Kabupaten Wonogiri tercatat sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia, dengan adanya bahan baku yang melimpah, maka saya membuat produk yang mungkin belum ada dipasaran, dengan mencampurkan kopi murni asli Wonogiri dengan biji alpukat untuk mendapatkan cita rasa kopi yang berbeda dan berkarakter untuk meningkatkan komoditas perekonomian masyarakat.
Dengan adanya kegiatan awal yang kami lakukan yaitu berupa pemberian tester/testimoni kepada masyarakat luas ternyata memberikan efek positif yang luar biasa. Masyarakat menjadi mengetahui bagaimana rasa dari Kopi Biji Alpukat (KOPIJAT) yang mana dibuat dengan mencampur biji alpukat yang sudah kami roaster dengan bubuk kopi robusta murni dapat menjadi sebuah cita rasa yang berbeda dan berkarakter.
Nama | : | DWI MARYANTI, S.Pd. |
Alamat | : | Jl. Raya Wonogiri-Ngadirojo Km.8. Randusari, Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri |
No. Telepon | : | 081329222451 |