Pembuatan Kompor Berbahan Bakar Oli Bekas ini bertujuan untuk mengetahui rancang bangun kompor (burner) berbahan bakar oli bekas, beserta spesifikasinya dan mengetahui hasil pengujian menggunakan kompor (burner) pembakaran oli bekas. Berangkat dari kurangnya pemanfaatan limbah oli bekas dan belum adanya alat yang baik untuk memanfaatkan oli bekas tersebut. Disisi lain apabila digunakan sebagai bahan bakar, oli bekas tidak menghasilkan pembakaran sempurna. Penelitian ini menggunakan model perancangan French. Penelitian ini disimpulkan bahwa kompor (burner) yang dirancang memiliki bentuk yang besar dibandingkan pada burner pada umumnya. Kompor (burner) mencapai tekanan 3.5 bar dengan suhu mencapai 1127 °C. Api yang dihasilkan oli bekas berwarna jingga. Perbandingan bahan bakar menghasilkan data bahwa elpiji lebih cepat 16 menit dibandingkan oli bekas dalam peleburan alumunium. Panjang nyala api paling tinggi ialah 1.57 m pada variasi tekanan udara 3 bar dan paling rendah ialah 0.83 m pada tekanan 1 bar. Adanya pengaruh variasi tekanan terhadap temperatur pembakaran dengan temperatur minimal dan maksimal mencapai titik tertinggi dengan tekanan sebesar 2.5 bar dengan temperatur sebesar 118 °C dan 994 °C sedangkan untuk titik terendah pada temperatur minimal dan maksimal pada tekanan 1 bar dengan temperatur sebesar 80,4 °C dan 662 °C dengan tekanan 0,5 bar. Waktu konsumsi bahan bakar dengan variasi jarak sebesar 2200 km menghasilkan waktu yang cukup singkat yaitu sebesar 12 menit 25 detik. Sedangkan waktu konsumsi yang diperoleh dari variasi jarak 1800 km sebesar 17 menit 11 detik.
Oli merupakan sisa dari produk-produk minyak bumi yang lain. Beberapa produk sisa adalah minyak bakar residu, minyak bakar untuk diesel, road oil, spray oil, coke, asphalt, dll . Secara umum terdapat 2 macam oli bekas, yaitu oli bekas industri (light industrial oil) dan oli hitam (black oil). Oli bekas industri relatif lebih bersih dan mudah dibersihkan dengan perlakuan sederhana, seperti penyaringan dan pemanasan. Oli hitam berasal dari pelumasan otomotif . Sejauh ini pemanfaatan oli bekas yang dilakukan oleh masyarakat masih belum maksimal terutama digunakan sebagai bahan bakar. Hal tersebut terjadi karena sedikitnya kompor (burner) yang berbahan bakar oli bekas langsung tanpa adanya campuran zat lain. Beberapa pengujian memerlukan zat tambahan agar oli bekas dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Penambahan zat tersebut salah satunya menggunakan minyak propolis. Hasil dari percampuran tersebut berupa karakteristik nyala api yang dihasilkan berwarna kuning merah dengan ketinggian maksimal 25 cm . Pada umumnya oli bekas dimanfaatkan masyarakat dengan berbagai cara seperti didaur ulang untuk digunakan lagi dengan cara oli bekas tersebut diberi tambahan zat kimia untuk memurnikannya. Namun hasil daur ulang tidak seperti oli yang masih baru. Selain itu digunakan sebagai penghilang karat pada knalpot, sebagai pengawet kayu dan pelumas rantai.
Mengutip dari majalah motor plus online, pemanfaatan limbah oli bekas untuk di daur ulang kembali berkisar 30 % . Imbas dari kurangnya pemanfaatan oli bekas yang belum maksimal mengakibatkan pencemaran lingkungan. Limbah oli tersebut bisa mengotori udara, tanah, dan air. Limbah minyak pelumas kemungkinan mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter limbah minyak pelumas dapat merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah. Apabila limbah minyak pelumas tumpah di tanah akan mempengaruhi air tanah dan akan berbahaya bagi lingkungan. Hal ini karenan limbah minyak pelumas dapat menyebabkan tanah kehilangan unsur hara . Selain itu limbah oli yang dibuang ke laut akan memengaruhi ekosistem laut yang dapat membunuh karang, ikan dan habitat lainnya di dalam laut.
Oli merupakan hasil dari penyulingan minyak bumi. Karakteristik oli juga tidak jauh dari minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar. Maka bukan tidak mungkin oli bekas dapat digunakan sebagai bahan bakar. Namun, oli bekas tidak dapat mencapai pembakaran yang sempurna, seperti solar maupun bensin. Hal ini terjadi karena oli bekas tidak mudah terbakar sehingga tidak terjadi pengkabutan seperti bahan bakar pada umumnya. Walau demikian oli bekas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengoptimalkan pembakaran. Oli bekas memerlukan perlakuan khusus atau treatment agar dapat menjadi sebuah bahan bakar. Dalam perlakuan khusus tersebut ada dua pilihan yaitu dengan penambahan zat atau dengan cara pembakaran. Namun untuk menghasilkan kompor yang ekonomis, tentu diharapkan tanpa adanya penambahan zat melainkan dengan cara pembakaran oli bekas tersebut.
Rancangan kompor tersebut diharapkan memiliki nilai ekonomis yang lebih baik daripada menggunakan bahan bakar pada umumnya seperti bensin, elpiji, dan lain sebagainya. Pembakaran pelumas bekas dengan cara penguapan untuk menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih bersih. Sehingga asap yang dihasilkan tidak banyak dan tidak mengganggu daerah sekitar. Selain itu rancangan kompor tersebut harus memiliki kemudahan untuk pemeliharaannya (maintenance) . Proses pemeliharaan yang mudah dapat meningkatkan nilai dari kompor. tersebut. Berdasarkan beberapa model kompor yang telah dibuat belum memiliki tingkat pemeliharaan yang baik.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang “Rancang Bangun Kompor (Burner) Berbahan Bakar Oli Bekas”.
Kompor berbahan bakar oli bekas, dibanding dengan produk-produk sebelumnya diantaranya:
Nama | : | M.Zain Mudhoffar |
Alamat | : | Jl. Dieng Km.05 Wonosobo |
No. Telepon | : | 081327336846 |