Ancaman krisis energi global yang mendera dunia saat ini menuntut negara- negara untuk mempercepat transisi energi lebih lagi dunia menyadari bahwa es di kutub dan naiknya air laut dan iklim ekstrim yang mengancam keselamatan dan keberlangsungan hidup umat manusia dimuka bumi ini, disamping energi fossil itu suatu saat akan habis.(Krisis energi sekarang ini menjadi bukti bahwa kita tidak bisa lagi bergantung pada energi fosil )
Atas dasar itulah maka acara Bloomberg NEF summit 2022, sebagai salah satu rangkaian acara G-20 di nusa dua Bali kompak menyuarakan komitmen untuk mempercepat transisi energi melalui deklarasi Bali compact/Bali common principles in accelerating clean itu akan dibawa ke level kepala negara di KTT G-20 yang berlangsung di bali tanggal 15-16 Nov 2022.
Ini semua berarti ke depan, dunia akan beralih atau menuju(transisi) dari energi, fosil(gas, batubara, minyak bumi) menuju kepada energi baru terbarukan (EBT) seperti energi air, angin, panas bumi dan energi surya.
Saudi Arabia sebagai negara penghasil minyak bumi terbesar didunia saja sejak tahun 2017 telah mulai memasang 50GW sistem fotovoltaik yang bisa mengubah (secara langsung) energo cahaya menjadi energi listrik, begitu juga dengan Denmark yang memulai proyek listrik tenaga angin, Indonesia dengan energi panas bumi dll.
Menyikapi hal yang demikian itu tentu dalam lingkup yang kecil dan sesederhana sangatlah tepat dan logis jika kita menyambut era ini dengan mencoba melakukan percobaan memanfaatkan penggunaan panel surya dirumah untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga atau biasa disebut”Solar Home Sistem” ( SHS).
Penggunaan panel surya di rumah biasa disebut dengan ”Solar Home System (SHS)”. SHS ini terdiri dari panel modul surya, baterai, alat pengontrol, dan lampu DC. Apabila ingin menggunakan lampu AC harus menambahkan inverter untuk mengubah arus DC menjadi 220VAC. SHS di pasang pada masing-masing rumah dengan modul panel surya dipasang diatas atap rumah untuk menghemat lahan. Sistem ini biasanya mempunyai modul panel surya dengan kapasitas 50 Wp dimana pada radiasi matahari rata-rata harian 4,5 kWh/m2 akan menghasilkan energi kurang lebih 125 s/d 130 watt-jam. Masalah utama dalam penggunaan SHS adalah harganya yang masih relatif mahal untuk masyarakat terutama daerah terpencil dan miskin. Untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas SHS maka perlu ada suatu acuan atau pedoman analisa penggunaan SHS yaitu cara menghitung dan memilih komponen SHS yang sesuai dan tepat yang dibutuhkan masyarakat sehingga masyarakat mampu membayarnya dan dapat menikmati biaya listrik, minimal untuk sarana penerangan. Penelitian ini akan menguraikan analisa penggunaan dan memilih SHS untuk keperluan penerangan rumah sederhana. Sehingga bisa memberikan acuan singkat atau pedoman praktis agar calon pengguna dan praktisi kelistrikan dapat menentukan spesifikasi SHS yang tepat dan ekonomis. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik membuat karya ilmiah tentang “SHS UNTUK RUMAH TANGGA”
Tak memerlukan perawatan khusus,listrik yang dihasilkan gratis(terbarukan),Ramah lingkungan, Mengurangi tagihan listrik,Masa pakainya panjang
Nama | : | Yogha Mangkuluhur Suseno |
Alamat | : | Jalan Puri Selatan 3/4 Rt1 Rw5 Mondoteko Rembang Jateng |
No. Telepon | : | 082322130395 |