Banjir adalah kondisi di mana tanah atau dataran tenggelam karena naiknya permukaan air. Banjir menjadi bencana yang kerap terjadi di Indonesia, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepanjang tahun 2021 banjir menjadi bencana alam yang mendominasi di Indonesia. Banjir bisa terjadi karena air yang meluap disuatu tempat secara berlebihan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor mendasar seperti perubahan guna lahan, pembuangan sampah, erosi, kawasan kumuh di sepanjang sungai, dan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat. Salah satu dampak yang berpengaruh bagi masyarakat adalah langkanya ketersediaan air bersih atau air layak pakai. Masalah penyediaan air bersih di daerah rawan banjir terbilang cukup sulit. Hal ini diakibatkan karena terganggunya kualitas sumber air, rusaknya instalasi pengolahan, terganggunya sistem distribusi, atau langkanya air di daerah pengungsian, sehingga masyarakat kesulitan dalam menjalankan aktivitas kehidupannya karena mengalami keterbatasan air bersih. Melihat hal tersebut kami tim Karya Ilmiah Remaja SMA Negeri 2 Pemalang berinovasi membuat teknologi filtrasi air banjir dengan metode filtrasi bertingkat, untuk sistem kerja filtrasi bertingkat ini air limbah akan melewati tiga tahap filtrasi (3 tabung filtrasi) yang didalamnya terdapat filter-filter sebagai penyaring air banjir. Dampak yang diberikan setelah penggunaan teknologi filtrasi air banjir dengan metode filtrasi bertingkat adalah air yang lebih jernih dibandingkan tanpa filtrasi, sehingga masyakat dapat mendapakan air layak pakai atau bersih dan dapat digunakan untuk kebutuhan masrayakat yang terdampak bencana banjir.
Kata Kunci : AFATTA, Teknologi Filtrasi Air Bersih, Banjir, Krisis Air Bersih, Air Bersih
Banjir menjadi bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir menjadi bencana alam yang mendominasi di Indonesia di sepanjang tahun 2021. Terhitung mulai 1 Januari hingga 28 Desember 2021 ada 1.288 kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia. Banjir bukan hanya sekedar bencana alam, faktor penyebab dan dampak menjadi hal yang mendasar dari adanya suatu bencana banjir.
Kodoatie dan Syarief (2006) menjelaskan faktor penyebab banjir adalah perubahan guna lahan, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai, sistem pengendalian banjir yang tidak tepat, curah hujan tinggi, fisiografi sungai, kapasitas sungai yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah, bangunan air, kerusakan bangunan pengendali banjir. Hal tersebut mengakibatkan beberapa dampak bagi masyarakat sekitar. Salah satu dampak yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat adalah langkanya ketersediaan air bersih atau biasa kita sebut krisis air bersih. Hal ini diakibatkan karena terganggunya kualitas sumber air, rusaknya instalasi pengolahan, terganggunya sistem distribusi, atau langkanya air di daerah pengungsian. Untuk mengurangi risiko bencana dan kerugian akibat banjir, diperlukan inovasi dalam mitigasi bencana.
Mitigasi (penjinakan) adalah upaya atau kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana alam atau buatan manusia bagi bangsa atau masyarakat (Carter, 1992). Jenis dari mitigasi sendiri ada 2, mitigasi struktual dan mitigasi non-struktual. Dalam kasus yang akan dibahas ini merujuk pada mitigasi struktural. Mitigasi struktural dilakukan melalui pembangunan berbagai sarana fisik dengan menciptakan suatu teknologi. Penerapan ini sangat dibutuhkan dalam menangani dampak pada bencana banjir.
Selain itu, upaya yang dapat dilakukan apabila terjadi banjir adalah mengungsi. Salah satu prioritas yang harus disediakan di lokasi pengungsian adalah air bersih. Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan dan merupakan sumber daya yang dapat diperbarui. Air yang dikonsumsi harus memenuhi standar kualitas mengacu Permenkes Nomor
416/MENKES/IX/1990. Air yang berkualitas meliputi kualitas fisik, kimia, dan bebas dari mikroorganisme (Slamet, 2009). Dalam kondisi seperti ini, sangat penting untuk meningkatkan kualitas air. Estimasi paling mendasar adalah untuk menghilangkan organisme dan partikel-partikel tersuspensi yang membuat air keruh dan tidak enak rasanya, bisa saja membawa bakteri yang dapat membuat orang sakit. Saat banjir sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti minum, mandi, memasak, dan mencuci serta sebagian besar pompa distribusi terendam, terjadi pemadaman listrik, dan saat sumur digunakan, air sumur dan banjir bercampur sehingga suplai air PAM terhenti. Pada kenyataannya hanya ada air banjir yang tidak dapat digunakan sebagai air minum karena kualitasnya yang kurang baik. Penyediaan air bersih sangat dibutuhkan bagi para pengungsi untuk memenuhi kebutuhkan primer. Salah satu cara untuk mengatasi masalah air bersih di daerah yang terkena banjir adalah dengan membuat alat sederhana untuk mengolah air banjir menjadi air bersih yang tidak menggunakan listrik.
Filtrasi merupakan proses menyaring atau menghilangkan zat padat dalam campuran air dengan menggunakan suatu media yang bercelah sangat kecil. Cara kerjanya adalah dengan menghambat zat-zat padat tersebut dengan celah kecil kemudian zat padat tersebut terkumpul pada celah, sehingga air dapat terpisah (Ahmad Mashadi dkk, 2018). Dalam pengolahan limbah cair, metode filtrasi yang digunakan biasanya berupa filtrasi bertingkat. Filtrasi bertingkat Merupakan proses terjadinya filtrasi dalam beberapa wadah, filtrasi tersebut terjadi dari wadah yang satu ke wadah yang lain secara bertahap pada lebih dari 1 wadah sehingga pada tiap wadahnya terjadi perubahan kadar air (Diah Ajeng Setiawati dkk, 2019).
Melihat dari situasi ini maka Tim Karya Ilmiah Remaja SMA Negeri 2 Pemalang membuat suatu teknologi guna memanfaatkan kembali air banjir agar dapat memenuhi kebutuhan air bersih, dengan cara membuat “AFATTA
(Alat Filtrasi Triple Tabung) sebagai Solusi untuk Mengatasi Krisis Air Bersih di Daerah Rawan Banjir”. Teknologi ini menggunakan prinsip kerja yang pasif dan sederhana, serta bahan yang mudah ditemukan agar mempermudah masyarakat dalam pengoprasian teknologi filtrasi. Dengan demikian, masalah krisis air bersih di daerah rawan banjir dapat diatasi.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan, maka Tim Karya Ilmiah Remaja SMA Negeri 2 Pemalang mengidentifikasi rumusan masalah yang akan dijabarkan pada bab pembahasan sebagai berikut:
Dengan inovasi AFATTA (Alat Filtrasi Triple Tabung), Tim Karya Ilmiah Remaja SMA Negeri 2 Pemalang memiliki tiga tujuan yang mendasari dibuatnya karya ini, ketiga tujuan tersebut yaitu:
1. Membantu dalam mengimplementasikan Pasal 1 UU Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Th. 2009
2. Inovasi ini memiliki keefektifian yang cukup tinggi dalam pengelolaan Air
Banjir menjadi air bersih
3. Alat ini memiliki jangka waktu penggunaan yang panjang
4. Teknologi filtrasi yang bertingkat memiliki keunggulan yaitu perawatan yang mudah
Nama | : | Muhammad Bintang Pradith Tama Sukma |
Alamat | : | Jl. Jendral Sudirman No. 14 Pakis Aji, Wanarejan Utara, Kec. Taman, Kabupaten Pemalang |
No. Telepon | : | 087895842356 |