Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular yang mengenai saluran kalenjar limfe (getah bening) dan disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh serangga. Berdasarkan hasil survey Pre Transmission Assessment Survey (TAS) yang dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakarta pada tahun 2019, Kota Pekalongan belum berhasil menurunkan angka rerata mikrofilaria kurang dari 1%. pemberian obat pencegahan masal dan pengendalian nyamuk dengan menggunakan insektsida kimia memberikan dampak negatif bagi manusia. Oleh sebab itu inovasi sediaan spray dibuat untuk alternatif pengendalian nyamuk. Sediaan spray dibuat dengan menggunakan ekstrak kental dengan metode glass chamber. Hasil diproleh Spray NONFIS 100% dapat membunuh nyamuk culex sp kurang dari 1 menit. Dari hasil yang didapat dianalisis dengan aplikasi SPSS
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki 514 kota yang tersebar di 34 provinsi, salah satunya Kota Pekalongan. Kota Pekalongan memiliki jumlah penduduk yang sangat padat. Padatnya penduduk disertai dengan kondisi sanitasi yang kurang baik mengakibatkan munculnya berbagai macam masalah kesehatan yang mengancam masyarakat luas. Permasalahan kesehatan yang menimbulkan kejadian kesakitan atau kejadian penyebaran yang tinggi dapat mengakibatkan munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB). Salah satu KLB di Indonesia adalah Filariasis atau kaki gajah dimana angka kejadiannya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
World Health Organization (WHO) pada bulan Oktober tahun 2018 menyatakan bahwa pada saat ini di dunia terdapat 856 juta penduduk di 52 negara di seluruh dunia yang berisiko tertular penyakit filariasis, dimana 60% dari seluruh kasus berada di Asia Tenggara. Jumlah kasus kronis filariasis di Indonesia pada tahun 2016 terdapat 13.009 kasus kronis, kemudian pada tahun 2017 terdapat 12.677 kasus kronis filariasis. WHO sendiri telah menetapkan kesepakatan global.
(The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Publik Health problem by The Year 2020) sebagai bentuk eliminasi terhadap penyakit filariasis melalui dua pilar kegiatan yaitu pemberian obat pencegahan massal
(POPM) filariasis kepada seluruh penduduk di Kabupaten endemis filariasis, kemudian dengan tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan akibat penyakit filariasis (Indonesia, 2014).
Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular yang mengenai saluran kalenjar limfe (getah bening) dan disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh serangga. Penyakit filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing
dewasa dan menetap di jaringan limfa sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital. Meski tidak mematikan, penyakit ini adalah salah satu penyakit yang sulit diatasi terutama di Kota Pekalongan.
Berdasarkan hasil survey Pre TAS yang dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakarta pada tahun 2019, Kota Pekalongan belum berhasil menurunkan angka rerata mikrofilaria < 1%, sehingga Kota Pekalongan harus menambahkan pelaksanaan pemberian obat pencegahan masal (POPM) Filariasis selama 2 tahun. Mengingat Kota Pekalongan sudah 2 kali mengalami gagal Pre TAS. Selain menggunakan pemberian obat pencegahan masal (POPM), juga menggunakan sistem pengendalian nyamuk Culex sp menggunakan insektisida. Menurut Kusumastuti (2014), Pengendalian nyamuk Culex sp digunakan insektisida kimia. Dampak negatif yang dapat mengganggu manusia dari penggunaan insektisida kimia yaitu sakit kepala, kejang otot, dan
kelumpuhan. Insektisida meracuni tubuh dengan berbagai cara antara lain, yaitu tertelan, terhirup, terkena kulit atau mata. Dampak negatif yang dapat menggangu hewan dari penggunaan insektisida kimia yaitu punahnya spesies serta peledakan hama. Dampak negatif yang dapat menggangu lingkungan dari penggunaan insektisida kimia yaitu gangguan keseimbangan
lingkungan dan kesuburan tanah berkurang.
Menurut Oktiansyah (2013), Antinyamuk adalah suatu senyawa yang bereaksi pada jarak tertentu mempunyai kemampuan mencegah nyamuk untuk terbang, mendarat atau menusuk pada permukaan kulit manusia. Upaya untuk mencegah filariasis seperti yang dianjurkan oleh pemerintah dengan pemberian obat pencegahan masal (POPM), oleh karena itu diperlukan alternatif pencegahan filariasis dengan inovasi spray dari ekstrak daun jeruk nipis. Spray ini dapat mencegah dengan melindungi tubuh dari serangan nyamuk filariasis.
Spray yang dirancang khusus dengan bahan dasar ekstrak daun jeruk nipis menjadi salah satu pilihan alternatif untuk memberikan perlindungan premium dari nyamuk penjangkit filariasis. Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan bahan alami yang diketahui mengandung senyawa flavonoid sebesar 34,43%. Flavonoid merupakan salah satu jenis fitonutrien (senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan) yang terkandung pada tanaman obat. Senyawa ini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Hal ini dikarenakan berfungsi sebagai antikanker, antiinflamasi, antioksidan, antimalaria, antimikroba, antiHIV, antihipertensi dan antistroke. Flavonoid dalam daun jeruk nipis dapat mengakibatkan denaturasi protein sehingga transport nutrisi pada sel terganggu yang berakibat larva nyamuk akan mati. Selain flavonoid, terkandung zat seperti tanin, saponin, dan limonoid yang dapat menimbulkan aktivitas sebagai larvasida. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dalam karya krenova ingin membuat sebuah inovasi spray dari bahan alami yaitu daun jeruk nipis sebagai alternatif pencegahan filariasis mengingat kasus filariasis di Kota Pekalongan masih tinggi dari tahun ke tahun. Dengan teknologi modern, pemilihan sediaan spray karena sangat praktis, produk ini nyaman dan
mudah digunakan, tidak berminyak atau lengket di kulit, efektif melindungi hingga 8 jam, dengan wangi yang segar.
Penelitian yang dilakukan oleh Siska Musian, Agus Ariyanto, Noverda Ayuchecaria pada tahun 2020 dengan judul “Aktivitas Biolarvasida Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp “ Persamaan antara penelitian tersebut dengan karya ini adalah membahas tentang aktivitas ekstrak daun jeruk nipis terhadap nyamuk Culex sp adapun keunggulan dari penelitian tersebut dengan penelitian kami adalah pada penelitian kami ekstrak daun jeruk nipis sebagai inteksida ramah lingkungan yang diolah dalam bentuk sediaan spray untuk mengendalikan nyamuk Culex sp dalam ruangan rumah.
Penelitian yang dilakukan oleh La Ode Akbar Rasydy, Banu Kuncoro, Muhammad Yusuf Hasibuan pada tahun 2020 dengan judul “Formulasi Sediaan Spray Daun Batang Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai Antinyamuk Culex sp” . Persamaan antara penelitian tersebut dengan karya ini sama-sama membuat formulasi spray antinyamuk Culex sp. Pada penelitian ini zat aktifnya diganti menjadi daun jeruk nipis karena belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar padahal tanaman jeruk nipis ini cukup tumbuh subur di pekalongan. masyarakat biasanya memanfaatkan daun jeruk nipis sebagai bumbu pada masakan. Daun jeruk nipis mengandung senyawa flavonoid yang dapat mendenaturasi protein pada nyamuk. Senyawa lain pada daun jeruk juga dapat membunuh nyamuk seperti saponin, tanin, dan limonoid (Sastriawan, 2020).
Nama | : | Nada Safira Salsabilla |
Alamat | : | Krapyak Kidul Gg. 6 No. 10 Pekalongan |
No. Telepon | : | 085726096228 |